Jakarta (ANTARA) – Saat dunia berada di periode baru penuh gejolak dan transformasi, Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) baru saja menorehkan pencapaian bersejarah dengan menyelenggarakan pertemuan puncak terbesarnya di kota pelabuhan Tianjin, Tiongkok, dari 31 Agustus hingga 1 September.
Didirikan di Shanghai pada 2001, SCO telah berkembang dari enam anggota pendiri menjadi sebuah keluarga yang terdiri dari 26 negara, membentang di Asia, Eropa, dan Afrika.
Selain keluarga besar ini, para hadirin di Tianjin juga termasuk tamu dari negara tuan rumah, seperti Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan perwakilan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Commonwealth of Independent States (CIS), ASEAN, Konferensi Interaksi dan Pembangunan Kepercayaan di Asia (CICA), serta Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB).
Keputusan pertemuan puncak untuk menerima Laos sebagai anggota ke-27 keluarga SCO menunjukkan momentum perluasan dan pendalaman solidaritas SCO yang terus berlanjut.
Organisasi ini telah menjadi organisasi internasional regional dengan cakupan geografis terluas dan populasi terbesar di dunia.
Di saat dunia menghadapi perpecahan geopolitik yang mendalam, dilema keamanan, dan risiko pemutusan hubungan ekonomi, fakta bahwa pertemuan Tianjin terbesar ini menghadirkan beragam peserta yang begitu luas sepenuhnya mencerminkan kohesi internal yang kuat dan pengaruh internasional SCO yang tumbuh.
Semangat Shanghai—komitmen awal
Seperempat abad yang lalu, pada awal berdirinya, SCO mengukuhkan komitmen awalnya—Semangat Shanghai: saling percaya, saling menguntungkan, kesetaraan, konsultasi, menghargai keberagaman peradaban, dan mengejar pembangunan bersama.
Pada pertemuan puncak Tianjin, Presiden Xi Jinping melihat ke belakang melalui lensa Semangat Shanghai dan menyebutkan empat hal perintis dalam perkembangan SCO: yang pertama menetapkan mekanisme membangun kepercayaan militer di sepanjang daerah perbatasan, mengubah perbatasan menjadi ikatan persahabatan, saling percaya dan kerjasama; yang pertama meluncurkan kerjasama Belt and Road; yang pertama menyimpulkan perjanjian tentang bertetangga baik, persahabatan dan kerjasama jangka panjang; dan yang pertama mengajukan visi tata kelola global yang menampilkan konsultasi luas dan kontribusi bersama untuk manfaat bersama sebagai upaya mempraktikkan multilateralisme sejati.
Dengan semangat yang sama, pertemuan puncak Tianjin mengadopsi strategi pengembangan untuk organisasi pada periode 2026-2035, sebuah blueprint yang hanya dapat disusun oleh mereka yang tetap setia pada aspirasi awal mereka untuk pembangunan bersama.
Dokumen tersebut memetakan tugas dan arah prioritas untuk kerjasama menyeluruh dalam dekade mendatang.
Yang sama pentingnya adalah keputusan kolektif anggota untuk mendirikan Bank Pembangunan SCO—sebuah keturunan institusional dari seruan Semangat Shanghai untuk saling membantu.
Menyatakan dukungan kuat untuk sistem perdagangan multilateral, mereka berjanji untuk memperdalam kerjasama fiskal dan keuangan regional.
Pada saat sanksi sepihak dan bantuan yang menyusut mengacaukan keuangan global, bank ini tidak hanya akan menjaga otonomi keuangan kolektif tetapi juga menawarkan platform vital untuk reformasi keuangan global.
Inisiatif Tata Kelola Global—sorotan terbesar
Melihat kembali perkembangan SCO, “multilateralisme sejati” menonjol sebagai kata kunci yang mendefinisikan.
Pada pertemuan puncak Tianjin, Presiden Xi Jinping mengusulkan Inisiatif Tata Kelola Global (GGI), yang terdiri dari lima prinsip—kesetaraan berdaulat, aturan hukum, multilateralisme sejati, tata kelola yang berpusat pada rakyat dan aksi nyata.
GGI memenuhi kebutuhan mendesak dunia akan tata kelola global yang lebih efektif dan didukung kuat oleh para pihak yang menghadiri pertemuan puncak.
Pesan utamanya—menolak politik kekuatan, mendukung peran sentral PBB, dan menganjurkan pembangunan bersama, tata kelola bersama dan saling menguntungkan—menawarkan kebijaksanaan Tiongkok untuk mengatasi tantangan global.
Presiden Xi mendesak SCO untuk memimpin dengan contoh dalam menerapkan GGI.
Sebagai langkah pertama, Beijing berjanji serangkaian tindakan untuk diimplementasikan dalam kerangka SCO: platform baru untuk energi, industri hijau dan ekonomi digital serta pusat kerjasama untuk inovasi sains dan teknologi, pendidikan tinggi dan pendidikan kejuruan dan teknik; peningkatan kapasitas terpasang fotovoltaik dan tenaga angin masing-masing sebesar 10 juta kilowatt; serta bantuan medis yang mencakup 500 pasien penyakit jantung bawaan, 5.000 operasi katarak dan 10.000 pemeriksaan kanker untuk sesama anggota.
Tindakan ini akan memberdayakan negara-negara SCO untuk secara kolektif mengatasi tantangan lintas batas sekaligus memberikan manfaat nyata bagi komunitas di seluruh kawasan.
Inisiatif ini, yang dipuji oleh para pemimpin yang hadir dan Sekretaris Jenderal Yermekbayev sebagai inisiatif yang “bermakna simbolis yang mendalam”, sepenuhnya sejalan dengan Piagam PBB dan memposisikan SCO sebagai mesin praktis dari tatanan global yang lebih adil.
Di dunia yang masih diliputi konflik dan resesi, Semangat Shanghai bergerak melampaui retorika, mengubah visinya menjadi tindakan nyata menuju masa depan yang lebih tangguh, adil, dan terhubung. Ini telah menemukan resonansi yang lebih luas di seluruh dunia.
Dengan menerapkan multilateralisme sejati dan tata kelola inklusif, SCO menawarkan kepada dunia model kerjasama yang berkelanjutan melawan fragmentasi dan ketidakpastian.
Apa yang muncul dari Tianjin karena itu bukan lagi rencana regional, tetapi janji kesejahteraan bagi rakyat, dan keamanan serta kemakmuran bagi dunia.
*) Penulis adalah analis urusan internasional yang berbasis di Beijing.
*) Pandangan dan pendapat yang diungkapkan di halaman ini adalah milik penulis dan tidak necessarily mencerminkan kebijakan resmi atau posisi dari Lembaga Berita ANTARA.
Berita terkait: Bandung meets Shanghai: Peran Indonesia yang tumbuh di Global South
Hak Cipta © ANTARA 2025