Dari Korban Bullying Menjadi Calon Wakil Gubernur

Minggu, 23 November 2025 – 03:00 WIB

Jakarta, VIVA – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, mengatakan pengalaman perundungan (bullying) yang dialaminya sejak kecil justru menjadi pemecut baginya untuk bisa menjadi orang nomor dua di Jakarta.

Baca Juga :

Rano Karno Minta Akar Masalah di Kasus Ledakan SMAN 72 Diusut Tuntas

“Apakah tidak terjadi aksi bully kepada saya? Itu terjadi. Bagi saya, bully itu adalah pemacu saya bisa menjadi Wagub DKI sekarang ini,” kata Rano dalam acara “Kick Off Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Tahun 2025” di Jakarta, Sabtu.

Dia bercerita, ayahnya, Soekarno M Noer, adalah seorang pemain panggung yang jarang dapat pekerjaan. Bahkan, keluarganya sering makan sepiring untuk berlima.

Baca Juga :

Begini Strategi Gubernur Pramono Atasi Bullying di Sekolah

Rano juga mengaku, saat kecil dia sering berjalan kaki dari rumahnya di Kemayoran Gang 7 ke sekolahnya di Gunung Sahari, Senen, karena tidak ada uang untuk naik oplet.

“Untuk beli permen saja tidak ada uang, apalagi naik oplet. Makanya saya waktu sudah besar pengen banget beli oplet, dan itu terwujud saat syuting Film Si Doel,” ujarnya.

Baca Juga :

Puan Soroti Marak Kasus Bullying di Sekolah: Ini Darurat!

Sejak kecil, dia sudah terbiasa cari uang sendiri dengan menjual burung ke pasar burung. Selain itu, dia juga membeli roti gambang yang bisa bertahan sampai 20 hari.

“Setiap hari saya potong sedikit, terus disimpan di lemari untuk besok. Artinya, saya benar-benar tidak mampu beli roti yang baru jadi harus disimpan lama,” ceritanya.

Kehidupan yang sulit itu membuatnya harus berpikir kreatif untuk bisa keluar dari kesulitan. Dia mengaku heran anak-anak zaman sekarang bisa sampai goyah hanya karena di-bully.

MEMBACA  Meningkatkan Sinergi dalam Pengembangan SDM, PT KAI & UI Memperkuat Kerja Sama

“Apa mungkin anak-anak sekarang kurang ditempa dengan kesulitan jadi belum kuat? Seharusnya mereka bisa lebih tahan kalau dapat perlakuan bully,” kata Rano.

Menurut dia, semua pihak harus bekerja sama untuk melakukan perbaikan. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator, tapi semuanya harus berawal dari masyarakat.

“Karena masyarakat sendiri yang mengalaminya,” tegasnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo berharap aksi perundungan atau bullying di lingkungan sekolah tidak terulang lagi di Ibu Kota.

“Jadi yang paling utama, hal-hal yang bersifat perundungan atau bullying tidak boleh terulang lagi karena ini bisa jadi motivasi atau pemicu hal lain,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta.

Halaman Selanjutnya

Kendati demikian, saat ditanya tanggapannya tentang pelaku bom SMA Negeri 72 yang diduga korban bullying, Pramono masih enggan berkomentar.