Jakarta (ANTARA) – Kepala Investasi Officer di Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia), Pandu Sjahrir, menyampaikan minat lembaganya untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.
Namun, dia menekankan bahwa likuiditas pasar yang lebih baik sangat penting untuk menarik investor-investor besar.
“Kami ingin masuk ke pasar ekuitas publik, tapi ekuitas memerlukan likuiditas yang lebih tinggi. Nilai perdagangan harian rata-rata kita cuma 1 miliar dolar AS, sementara seharusnya bisa mencapai 5 sampai 8 miliar,” ujar Pandu di sini pada hari Kamis.
Dia menjelaskan bahwa volume perdagangan harian Indonesia saat ini berada di sekitar 1 miliar dolar AS, yang menurutnya harus meningkat secara signifikan untuk mendukung investasi jangka panjang seperti yang ditargetkan Danantara.
Untuk sementara ini, dana kekayaan sovereign Indonesia dan lembaga manajemen investasi sedang mengalokasikan investasinya ke surat utang pemerintah, dengan alasan likuiditas pasar obligasi yang lebih tinggi dan cocok untuk horizon investasi jangka pendek.
“Kami hanya punya waktu dua bulan, jadi kami harus memilih pasar yang paling cepat dan likuid. Salah satunya adalah pasar obligasi,” tambahnya.
Pandu mencatat bahwa pasar saham Indonesia punya potensi kuat, didukung populasi besar dan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Tapi, dia bilang potensi ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal karena kedalaman pasar yang dangkal dan partisipasi publik yang rendah.
Sebagai perbandingan, dia menyebutkan transaksi saham harian India di angka 12–15 miliar dolar AS dan Hong Kong 30–50 miliar, yang menunjukkan kesenjangan skala pasar.
“Tantangan utama untuk modal ventura dan investasi jangka panjang adalah tidak adanya pasar publik yang kuat,” tegas Pandu.
Danantara bertujuan untuk membantu memperdalam pasar modal Indonesia, memperkuat ekosistem investasi, dan memperluas pembiayaan jangka panjang untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional.
Penerjemah: Primayanti
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025