JAKARTA (ANTARA) – Badan logistik pangan negara, Bulog, telah memulai penempatan awal hingga 50 ton beras di bandara dan pelabuhan di seluruh Sumatra serta di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta. Tujuannya untuk mempercepat pengiriman bantuan pangan ke daerah-daerah yang terdampak bencana, seperti diungkapkan pimpinannya pada Minggu.
Direktur Utama Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menyatakan bahwa unit-unit regional telah diperintahkan untuk menjaga stok beras darurat minimal 20 ton dan hingga 50 ton di semua bandara dan pelabuhan di wilayah rawan bencana. Langkah ini memastikan penyaluran yang cepat saat dibutuhkan.
Kebijakan ini dirancang untuk mengantisipasi permintaan mendadak bantuan yang diangkut via udara atau laut ke daerah-daerah terisolasi, seperti Bener Meriah, Takengon, Agam, dan Tapanuli Tengah. Akses jalan ke wilayah-wilayah tersebut terputus akibat banjir yang berkepanjangan dan parah.
Dengan menempatkan stok di pusat transportasi, Bulog dapat melewati gudang-gudang yang jauh dan menggerakkan pasokan lebih cepat. Hal ini memungkinkan distribusi darurat yang lebih responsif bagi masyarakat terdampak bencana di seluruh Sumatra, jelas Rizal.
Bulog telah menginstruksikan agar stok siaga diisi ulang setiap hari dan tidak boleh kurang dari 20 ton. Ini untuk memastikan permintaan mendesak dapat dipenuhi tanpa hambatan logistik besar selama masa tanggap darurat nasional.
Rizal mengatakan kebijakan siaga ini telah diterapkan sejak Kamis, 11 Desember, setelah Bulog menilai operasi darurat bisa berlangsung lama akibat kerusakan infrastruktur yang luas di beberapa daerah terdampak.
Dia menambahkan, penutupan jalan secara meluas telah membatasi transportasi darat. Sehingga, jalur udara dan laut menjadi saluran utama untuk menyalurkan bantuan pangan secara efisien ke komunitas yang terdampak banjir.
Selain beras, Bulog juga mengamankan pasokan minyak goreng dan gula untuk dapur umum. Langkah ini diselaraskan dengan permintaan dari pemerintah daerah dalam menanggapi banjir dan tanah longsor.
Rizal menyebutkan, dia telah mengarahkan semua kepala regional, cabang, hingga manajer gudang untuk segera melepas beras dan bahan pokok lainnya untuk dapur komunitas begitu ada permintaan dari otoritas lokal.
Distribusi logistik dapur umum dilakukan sebagai respons cepat, tanpa prosedur administrasi yang berbelit, agar para pengungsi terus menerima makanan yang cukup selama keadaan darurat.
Bulog tidak menunggu persetujuan formal dari Badan Pangan Nasional sebelum bertindak. Kecepatan menjadi prioritas agar beras, minyak, dan gula dapat sampai ke dapur umum secepat mungkin.
Saat ini, Bulog memegang stok beras nasional sekitar 3,7 juta ton, dengan cadangan signifikan di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat untuk menjamin keamanan pangan yang lebih luas.
Rizal merincikan, stok tersedia sekitar 79.000 ton di Aceh, 29.000 ton di Sumatra Utara, dan 7.000 ton di Sumatra Barat.
Bulog berencana menambah 20.000 hingga 30.000 ton lagi di Sumatra Barat untuk memperkuat cadangan guna mendukung penanggulangan banjir dan tanah longsor yang berlanjut di provinsi tersebut.
Koordinasi dengan TNI, Polri, dan instansi bencana telah membantu kelancaran logistik meski infrastruktur di banyak bagian Sumatra rusak.
Sejauh ini, kata Rizal, tidak ada keluhan terkait logistik. Ini berkat kerjasama erat antara Bulog, TNI, Polri, dan otoritas bencana dalam menjangkau daerah terdampak.
Penerjemah: Muhammad Harianto, Resinta Sulistiyandari
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025