Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa penurunan deforestasi Indonesia yang berhasil merupakan bukti dari pengelolaan dana lingkungan dari luar negeri yang efektif.
Beliau menjelaskan bahwa Norwegia, di antara negara lain, secara seksama memantau komitmen Indonesia dalam penurunan deforestasi.
Beliau membuat pernyataan tersebut setelah menghadiri pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, di Istana Presiden Jakarta pada hari Minggu.
“BPDLH (Dana Lingkungan Hidup Indonesia) … telah mendapatkan kepercayaan internasional sebagai lembaga yang mampu secara efisien, bertanggung jawab, dan transparan dalam memberikan dana berbasis hasil,” katanya.
Indonesia dan Norwegia bekerja sama melalui kontribusi berbasis hasil untuk Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+). Penurunan 20 juta ton emisi karbon selama 2014–2016 dikompensasi dengan pendanaan REDD+ melalui BPDLH.
Namun, pencairan dana ini tergantung pada kemajuan Indonesia dalam penurunan deforestasi yang berkelanjutan.
Beroperasi di bawah Kementerian Keuangan, BPDLH menerima dana hibah tidak hanya dari pemerintah Norwegia tetapi juga dari Bank Dunia dan lembaga filantropi lainnya.
“Ada dana pencegahan bencana sebesar Rp7,5 triliun (sekitar US$461,39 juta), yang telah dimasukkan ke dalam BPDLH,” katanya, menambahkan bahwa lembaga tersebut juga mengelola dana penghijauan kembali.
Pada hari Sabtu, Indrawati, bersama Menteri Eriksen dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya Bakar, mengunjungi Taman Nasional Gunung Leuser.
Taman tersebut menunjukkan komitmen Indonesia dalam penurunan deforestasi dan mendukung tujuan FOLU (hutan dan penggunaan lahan lainnya) Net Sink 2030 untuk emisi gas rumah kaca di sektor kehutanan.
Berita terkait: Presiden Jokowi, menteri Norwegia bahas kerjasama, minyak sawit
Berita terkait: Menteri Indonesia, Norwegia observasi orangutan di Gunung Leuser
Penerjemah: Mentari Dwi, Raka Adji
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024