Jakarta (ANTARA) – Untuk kedua kalinya tahun ini, Dewan Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melantik lima profesor riset baru, yang menggabungkan berbagai keahlian dari kesuburan tanah hingga elektrokimia.
“Proses sidang terbuka untuk pelantikan profesor riset merupakan bukti nyata kontribusi positif BRIN dalam mencapai keunggulan sumber daya manusia Indonesia,” ungkap Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian dalam upacara pelantikan di Jakarta pada Rabu.
Dia menekankan bahwa semakin banyak profesor mencerminkan kemajuan peradaban dan teknologi suatu negara.
Lima ahli terkemuka yang dilantik sebagai profesor riset termasuk Profesor A. Arivin Rivaie, pakar kesuburan tanah dan nutrisi tanaman, yang konsisten meneliti manajemen lahan pupuk dan amandemen tanah, khususnya fokus pada aplikasi pupuk fosfor di lahan kering asam.
Penelitiannya menekankan penggunaan fosfat alami langsung sebagai sumber fosfor alternatif, ditambah dengan bahan organik dan mikroba pelarut fosfor, untuk menghasilkan produk pupuk berbasis fosfat alami.
Pengangkatan baru lainnya adalah Djunijanti Peggie, yang ahli dalam biosistematika dan konservasi kupu-kupu.
Penelitian Profesor Peggie berfokus pada keanekaragaman hayati, konservasi, dan memajukan studi kupu-kupu di Indonesia. Dia juga menemukan tiga spesies baru dan dua subspesies baru.
Profesor Woro Riyadina, pakar epidemiologi penyakit tidak menular, aktif meneliti epidemiologi dan biostatistik.
Fokus utamanya adalah epidemiologi penyakit tidak menular menggunakan pendekatan biopsikososial. Penelitian ini telah diterapkan untuk mengembangkan sistem skoring kardiovaskular untuk stroke dan penyakit jantung koroner pada orang Indonesia usia 25 tahun ke atas.
Octavian menjelaskan bahwa model prediksi ini, divisualisasikan sebagai kartu risiko kardiovaskular, telah direkomendasikan kepada Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, terbukti berharga untuk program pencegahan stroke di Indonesia.
Selanjutnya, Profesor Parwati, ahli teknik ekstraksi informasi geo-bio-fisik untuk lingkungan darat, memfokuskan penelitiannya pada pemantauan cerdas menggunakan teknologi penginderaan jauh satelit.
Penelitiannya bertujuan meningkatkan manajemen dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.
Terakhir, Profesor Aris Mukimin, ahli teknologi elektrokimia, berhasil mengembangkan teknologi elektrokimia menggunakan elektroda dikorbankan dan tidak dikorbankan dalam tiga model reaktor.
Perkembangan ini berkontribusi signifikan untuk upaya menciptakan ekosistem air bersih di Indonesia.
“Menjadi profesor bukan hanya simbol pencapaian, tapi bentuk pengakuan atas keahlian, profesionalisme, dan dedikasi terus-menerus dalam bidang sains dan teknologi,” tutup Octavian.
Reporter: Sean Filo Muhamad, Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025