Berdarah Kas Masjid: Asal Usul BRI di Usia ke-130

Kamis, 4 Desember 2025 – 16:31 WIB

Jakarta, VIVA – Memasuki usia ke-130 tahun, BRI awalnya lahir dengan misi menjadi bank untuk rakyat. Bank ini didirikan pada 16 Desember 1895 oleh seorang Patih di Purwokerto bernama Raden Aria Wirjaatmadja. Lembaga awal yang bernama Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren (Bank Pertolongan dan Tabungan Priyayi Purwokerto) ini bermula dari keinginan untuk menyediakan akses keuangan yang adil bagi para pegawai pribumi.

Baca Juga :
Konsisten Dorong Ekonomi Kerakyatan, BRI Raih Penghargaan Anugerah Penggerak Sektor Keuangan atas Inisiatif Holding UMi

Sebelum lembaga resmi terbentuk, Raden Aria Wirjaatmadja diketahui sudah beberapa kali memberi bantuan dari dananya sendiri. Berita tentang bantuannya itu menyebar cepat di masyarakat. Namun, karena permintaan bantuan yang tinggi, dana pribadinya akhirnya tidak cukup lagi.

Akhirnya, melihat kebutuhan yang terus bertambah, Raden Aria Wirjaatmadja berdiskusi dengan orang kepercayaannya seperti Atma Sapradja, Atma Soebrata, dan Djaja Soemitra untuk mencari sumber dana lain. Dari diskusi ini, muncul ide untuk memakai kas Masjid Purwokerto.

Baca Juga :
Gelar AMM 2025, OJK Ajak Media Jaga Stabilitas Sektor Jasa Keuangan

Dukungan penuh kemudian datang dari Penghulu Masjid Purwokerto, Kiai Mohammad Redja Soepena, dan persetujuan Asisten Residen E. Sieburgh. Mereka melihat tujuan penggunaan kas masjid itu baik dan yakin dananya akan kembali. Bahkan, E. Sieburgh menyarankan untuk membentuk satu komisi pengelola yang dipimpin langsung oleh Raden Aria Wirjaatmadja.

Tapi, upaya ini harus dihentikan karena aturan pemerintah Hindia Belanda yang melarang penggunaan dana masjid untuk kepentingan di luar ibadah. Meskipun begitu, penghentian ini tidak terlalu mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Proses pinjam-meminjam yang sudah berjalan tetap dilanjutkan, dan para peminjam mengembalikan uangnya dengan tertib.

MEMBACA  Arti & Filosofi Banyu Pinaruh 14 Juli 2024: Momen Pembersihan Diri

Baca Juga :
Indeks Bisnis UMKM BRI Kuartal III-2025: Ekspansi Berlanjut, Optimisme Pelaku Usaha Semakin Meningkat

Perkembangan positif ini akhirnya dilihat oleh para priyayi Eropa di Purwokerto yang menganut politik etis. Mereka pun mendukung sepenuhnya rencana untuk meresmikan usaha peminjaman uang tersebut. Bahkan, dengan datangnya investor, semakin terlihat bahwa De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren (Bank Priyayi Purwokerto) dinilai punya prospek bagus dan layak dijadikan sarana investasi.

Perlu diketahui, lembaga ini pernah mengalami beberapa kali pergantian nama, yaitu Hulp-en Spaarbank der Inlandshe Bestuurs Ambtenaren (1895), De Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank (Volksbank), kemudian berubah menjadi Centrale Kas Voor Volkscredietwezen Algemene (1912). Tahun 1934, lembaga ini berubah lagi menjadi Algemene Volkscredietbank (AVB), hingga pada masa pendudukan Jepang berganti nama menjadi Syomin Ginko (1942–1945).

Halaman Selanjutnya
Pasca kemerdekaan, peran BRI semakin ditegaskan melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 1968. Regulasi ini menetapkan BRI sebagai bank umum yang menjalankan fungsi strategis sebagai agen pembangunan.