Benarkah Mususibah itu Ketentuan Allah atau Akibat Perbuatan Dosa?

Menurut Tafsir As Sadi, Allah tidak mendzalimi hamba-hamba-Nya. Tapi merekalah yang mendzolimi diri mereka sendiri. Foto ilustrasi/ist

Benarkah musibah itu ketentuan dari Allah atau gara-gara perbuatan dan dosa kita sendiri? Pertanyaan ini sering muncul dalam pikiran kita.

Kaum muslimin perlu menyimak kabar dari Allah Ta’ala ini:

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ

“Dan semua musibah yang menimpamu itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuura: 30).

Dalam kitab tafsirnya, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di menjelaskan ayat ini. Allah memberitahu bahwa tidak ada satupun musibah yang menimpa hamba-hamba-Nya, baik yang menimpa badan, harta, anak, atau sesuatu yang mereka sayangi, dan terasa berat oleh mereka, kecuali karena dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Dan sesungguhnya dosa-dosa yang Allah ampuni itu jauh lebih banyak.

Karena Allah tidak mendzolimi hamba-Nya, tapi merekalah yang mendzolimi diri sendiri. Seandainya Allah menyiksa manusia karena perbuatannya, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu makhluk melata pun di atas bumi. Dan penundaan siksa itu bukan karena Dia lalai atau lemah.

Sementara itu, dalam Tafsir Al-Baghawi, Syaikh Al-Baghawi menyebutkan perkataan seorang tabi’in ahli tafsir, Ikrimah:

ما من نكبة أصابت عبدا فما فوقها إلا بذنب لم يكن الله ليغفر له إلا بها، أو درجة لم يكن الله ليبلغها إلا بها

“Tidak ada satu pun musibah yang menimpa seorang hamba, atau musibah yang lebih besar dari itu, kecuali karena sebuah dosa yang Allah tidak mengampuninya kecuali dengan musibah itu, atau sebuah derajat (tinggi) yang Allah tidak akan mengangkatnya ke derajat itu kecuali dengan musibah tersebut.”

MEMBACA  Dinding laut termasuk dalam prioritas presiden: Menteri Infrastruktur