AS Tidak Hanya Menuntut Akses Pasar, Tetapi Juga Berencana Berinvestasi: RI (Format yang lebih menarik secara visual dengan pemilihan kata yang elegan dan penataan struktur yang seimbang.)

Jakarta (ANTARA) – Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan bahwa dalam perjanjian tarif terbaru, Amerika Serikat tidak hanya menuntut akses pasar ke Indonesia, tetapi juga berminat untuk berinvestasi di negara kepulauan ini.

“Sebenernya, Amerika nggak cuma minta akses pasar. Ternyata mereka juga mau investasi,” ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR di Jakarta pada Rabu.

Menurutnya, dalam perjanjian ini, Indonesia akan menerima investasi dari AS di beberapa komoditas, termasuk di sektor energi.

Menteri menjelaskan, kesepakatan terbaru ini bertujuan mendukung industri dalam negeri, karena banyak bahan baku dan barang modal akan diimpor dari AS.

Beberapa produk AS, seperti gandum dan kedelai, saat ini bebas tarif impor. Indonesia sangat bergantung pada impor untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang tinggi untuk kedua komoditas tersebut.

“Artinya kita butuh produk itu, jadi ini sebenernya kesempatan buat kita dukung industri lokal,” tambahnya.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia dan Presiden Prabowo Subianto telah menyepakati tarif impor 19 persen untuk produk Indonesia yang masuk ke AS.

“Indonesia akan membayar tarif 19 persen ke AS untuk semua barang yang diimpor dari mereka ke negara kita,” tulisnya di platform media sosial Truth Social.

Angka ini menunjukkan bahwa telah ada kesepakatan untuk menurunkan tarif impor AS sebesar 32 persen yang sebelumnya diumumkan Trump pada April 2025.

Awal Juli lalu, Trump sempat bersikeras mempertahankan tarif untuk Indonesia, seperti terlihat dalam surat Gedung Putih tertanggal 7 Juli 2025 yang ditujukan kepada Prabowo.

Berita terkait: Trump cuts tariff on Indonesian goods to 19 percent after talks

Berita terkait: US trade deal: Indonesia to open market access

MEMBACA  Rahasia Panggilan Manis Irish Bella dan Haldy Sabri yang Bikin Gemas

Penerjemah: Maria Cicilia Galuh Prayudhia, Cindy Frishanti Oct
Editor: Arie Novarina
Hak Cipta © ANTARA 2025