Alat Budaya Kolintang yang Strategis untuk Diplomasi: Menteri

Jakarta (ANTARA) – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan bahwa kolintang—alat musik tradisional dari Minahasa, Sulawesi Utara—bisa menjadi sarana strategis dalam diplomasi budaya Indonesia dan memperkuat hubungan internasional.

Dia menegaskan bahwa kolintang resmi diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada sesi ke-19 Komite Antarpemerintah di Paraguay.

“Melalui soft power, kolintang jadi media penting untuk mempromosikan citra Indonesia di dunia,” kata Zon pada Minggu.

Dia menekankan bahwa musik adalah bahasa universal yang bisa mendamaikan dan mempererat persahabatan antarnegara.

UNESCO juga menyoroti kesamaan kolintang dengan balafon dalam hal bahan, desain, fungsi, dan nilai budaya—keduanya menjadi simbol persatuan, saling menghargai, dan harmoni.

Zon menekankan pentingnya kolaborasi untuk melestarikan warisan budaya.

Dia memuji Asosiasi Pemain Kolintang Nasional (PINKAN) dan penyanyi Ita Purnamasari atas kerja sama mereka dalam lagu Oh Minahasa, serta pertunjukan lintas budaya Haiti bersama pemain balafon Neo Akbar.

Dia menambahkan bahwa Indonesia, sebagai negara kaya warisan budaya, punya kewajiban untuk menjaga dan merayakan tradisinya. Dalam acara tersebut, Zon juga membawakan lagu rakyat Sulawesi Utara O Ina Ni Keke dengan iringan kolintang dan balafon.

Ketua PINKAN Penny Iriana Marsetio mengatakan pertunjukan itu memenuhi janji mereka kepada menteri setelah pengakuan UNESCO.

“Kami tetap berkomitmen untuk melestarikan kolintang,” ujarnya.

Translator: Pamela Sakina, Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025

MEMBACA  Miliarder properti ini mempersiapkan anaknya untuk suksesi dengan memaksa dia bekerja untuk bos yang berbeda: 'Kamu tidak akan bekerja untuk saya'