Loading…
Perang Gaza Berpotensi Memicu Krisis Global pada 2024
Gaza – Konflik antara Israel dan Palestina dapat berpotensi menjadi krisis global jika pertempuran meluas hingga ke Lebanon, Yaman, dan Iran. Hal ini diungkapkan oleh mantan Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, dalam wawancara dengan RT. Davutoglu menuduh Amerika Serikat (AS) memperburuk konflik dengan memveto resolusi PBB mengenai gencatan senjata di Gaza.
“Konflik ini bukan hanya masalah antara Gaza dan Israel… ini adalah masalah seluruh umat Islam dan Kristen,” kata Davutoglu. Ia menambahkan bahwa konflik ini melibatkan pertempuran untuk menguasai Yerusalem Timur dan tempat-tempat suci yang penting bagi kedua agama tersebut.
Serangan mematikan yang dilancarkan oleh Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober, yang memicu eskalasi saat ini, terjadi beberapa hari setelah pemukim Yahudi memaksa masuk ke Masjid Al-Aqsa. “Serangan terus terjadi terhadap Masjid Al-Aqsa [oleh Israel]. Mereka tidak menghormati apa pun,” ujar Davutoglu.
“Saya sangat khawatir bahwa krisis ini akan menyebabkan perang regional atau bahkan krisis global,” kata Davutoglu. Ia menyatakan bahwa jika pembersihan etnis dan genosida ini terus berlanjut di Gaza, pertempuran dapat meluas ke Lebanon, Yaman, dan wilayah lainnya, yang akan mengakhiri stabilitas di wilayah tersebut. Menurut otoritas kesehatan setempat di Gaza, lebih dari 21.000 orang telah tewas akibat pemboman Israel di wilayah tersebut.
Pertempuran antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan kelompok bersenjata Hizbullah di perbatasan Lebanon telah terjadi setiap hari sejak serangan Israel di Gaza dimulai. Pemberontak Houthi di Yaman juga telah menargetkan dan membajak kapal-kapal yang terkait dengan Israel di wilayah tersebut.
“Konfrontasi langsung antara Iran dan Israel akan meningkatkan tingkat ketegangan,” peringatkan Davutoglu.
Situasi ini semakin memanas ketika AS, yang telah mendeklarasikan “dukungan tanpa syarat” kepada Israel, menggunakan hak vetonya untuk memblokir resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Gaza. Hal ini dilakukan oleh Washington karena anggota parlemen AS “membutuhkan dukungan dari lobi Yahudi” agar dapat terpilih atau memiliki pengaruh, kata mantan perdana menteri tersebut.
“Israel bukanlah masalah asing bagi Amerika… negara bagian tambahan ke-51 di AS,” kata Davutoglu. “Ini salah. Tidak ada negara yang dapat membajak PBB demi ambisi politik dalam negerinya atau keuntungan internasionalnya.”
(ahm)