Minggu, 13 Juli 2025 – 17:30 WIB
Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melaporkan perkembangan terbaru dari hasil pertemuannya dengan tim negosiasi dagang Amerika Serikat (AS), terkait pengenaan tarif impor untuk Indonesia.
Baca Juga:
Siap Lanjutkan Dialog dengan AS, Iran Kembali Tegaskan Komitmen NPT
Pertemuan yang diadakan Airlangga bersama Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dan Perwakilan Kantor Dagang AS, Jamieson Greer, pada Rabu, 9 Juli 2025 lalu, menghasilkan kesepakatan agar proposal Indonesia diproses lebih lanjut hingga akhir Juli 2025.
"Dalam pertemuan di AS dengan Secretary Lutnick dan Ambassador Greer dari USTR kemarin, mereka setuju untuk melanjutkan negosiasi tarif yang diusulkan pemerintah Indonesia," kata Airlangga dalam keterangan pers virtual di channel Sekretariat Presiden, Minggu, 13 Juli 2025.
Baca Juga:
Menko Airlangga: Tarif Impor 32 Persen untuk Indonesia Ditunda
Dia menjelaskan bahwa proses ini akan berlangsung selama tiga minggu ke depan. Tujuannya adalah merundingkan tarif impor 32 persen yang diberlakukan Trump kepada Indonesia, rencananya mulai 1 Agustus 2025.
Airlangga menegaskan bahwa waktu tersisa hingga 1 Agustus 2025 adalah kesempatan terakhir bagi pemerintah Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS.
Baca Juga:
AS Blak-blakan Minta Bantuan Jepang dan Australia untuk Hadapi China
"Dalam tiga minggu ini diharapkan ada finalisasi dari proposal dan kesepakatan yang sudah dibahas," ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia menawarkan untuk mengurangi defisit dagang dengan AS sebagai strategi negosiasi tarif Trump. Pemerintah dan sektor swasta sepakat memberikan paket pembelian komoditas dan investasi senilai US$ 34 miliar (sekitar Rp 547 triliun, asumsi kurs Rp 16.100 per dolar AS).
Paket ini termasuk pembelian komoditas pertanian senilai US$15,5 miliar dan rencana investasi Indonesia di AS yang melibatkan Kementerian BUMN dan Danantara.
Halaman Selanjutnya
Pemerintah dan sejumlah sektor swasta sepakat untuk memberikan tawaran paket pembelian komoditas dari AS dan juga wacana investasi, dengan total mencapai sekitar US$ 34 miliar atau sekitar Rp 547 triliun (asumsi kurs Rp 16.100 per dolar AS).