Kegiatan manusia dapat mewariskan kepercayaan, seni, dan adat dari generasi ke generasi, menciptakan peradaban yang adaptif untuk menghadapi perubahan zaman. Di tengah-tengah destinasi wisata ramai di Pulau Lombok, sekelompok individu berkumpul di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat untuk mendiskusikan masa depan budaya mereka.
Acara yang diselenggarakan pada 2 Agustus bertujuan untuk mengatasi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh tradisi lokal di tengah globalisasi dan modernisasi. Ahmad Nuralam, kepala museum, menekankan pentingnya melestarikan budaya lokal sebagai benteng melawan pengaruh budaya asing. Dia memperingatkan bahwa negara-negara kuat sering menggunakan budaya sebagai alat infiltrasi atau bentuk baru kolonisasi.
Generasi muda, meskipun ingin mengeksplorasi budaya baru, mungkin tanpa disadari mengabaikan tradisi mereka sendiri. Nuralam menekankan perlunya pendekatan seimbang, memastikan bahwa budaya lokal tetap menjadi bagian penting dari identitas mereka.
Budaya sebagai aset
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mencatat 1.941 warisan budaya tak benda dari 8.065 karya budaya.
Indonesia juga memiliki 2.161 komunitas adat, dengan sebagian besar berada di Kalimantan (750), Sulawesi (649), dan Sumatra (349). Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat, Lalu Gita Ariadi, menyatakan bahwa budaya adalah warisan dari nenek moyang yang diwariskan kepada generasi berikutnya, memastikan kelangsungan budaya yang berkelanjutan.
Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar dan tiga suku asli, yang kaya akan keanekaragaman budaya, mulai dari bahasa dan seni hingga kerajinan yang diwariskan melalui generasi. Budaya adalah warisan masa lalu, menjadi titik awal bagi umat manusia untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Dalam 20 tahun mendatang, Nusa Tenggara Barat diproyeksikan akan menghadapi berbagai tantangan kompleks yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi, perubahan iklim, dan dinamika sosial-ekonomi, antara lain.
Oleh karena itu, budaya lokal penting untuk mencerminkan identitas diri dan identitas nasional, serta sebagai pedoman untuk menavigasi masa depan. Pemerintah Nusa Tenggara Barat melihat wilayah ini kaya akan budaya dan sumber daya alam di tengah tantangan dan peluang dalam beberapa dekade mendatang.
Oleh karena itu, pemerintah daerah terus melestarikan dan meningkatkan kearifan lokal. Dalam proyeksi dua dekade ke depan, fokus pembangunan harus pada melestarikan dan memperkuat kearifan lokal sebagai pijakan identitas komunitas.
Wilayah ini memiliki beberapa warisan budaya yang ada, seperti tradisi Sasak, Samawa, dan Bajo. Sementara itu, program-program yang mendukung dokumentasi, penelitian, dan edukasi budaya lokal perlu disosialisasikan dalam masyarakat.
Melalui program-program ini, pemerintah memastikan bahwa generasi mendatang terus memahami dan menghargai warisan budaya mereka. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Nusa Tenggara Barat mencapai 5,56 juta pada tahun 2023, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 1,6 persen per tahun. Kepadatan penduduk tercatat sebesar 283 jiwa per kilometer persegi.
Pemerintah Nusa Tenggara Barat juga menyadari pentingnya pariwisata berbasis budaya. Saat ini, pengembangan pariwisata tidak hanya menyoroti keindahan alam tetapi juga kekayaan budaya.
Daya tarik budaya yang dikombinasikan dengan keindahan alam diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan domestik dan mancanegara. Potensi ini juga menawarkan keuntungan ekonomi bagi penduduk, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan memperkuat ekonomi regional.
Teknologi dapat menjadi alat yang efektif dalam melestarikan dan mempromosikan budaya. Dengan menggunakan platform digital untuk mendokumentasikan budaya Nusa Tenggara Barat, dapat mencapai audiens yang lebih luas dan memastikan budaya lokal tidak dilupakan.
Budaya adalah aset tak ternilai yang harus terus dirawat dengan penuh perhatian dan dedikasi. Dukungan untuk seni lokal, festival budaya, dan pendidikan seni dan budaya di sekolah memainkan peran penting dalam membentuk kreativitas generasi muda.
Pada November 2021, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat meluncurkan Program Budaya Sabtu untuk memperkenalkan dan mempertahankan budaya lokal. Program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai budaya Sasak sejak usia dini pada siswa. Kegiatan meliputi berbagai permainan tradisional, cerita dalam bahasa Sasak, dan upaya lain untuk memperkenalkan siswa pada budaya lokal.
Bentuk tanggung jawab
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat, Baiq Mulianah, menyatakan bahwa memahami dan menerapkan nilai-nilai budaya penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
Budaya terletak pada nilai-nilai mendasar yang mengatur hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan semua makhluk hidup. Identitas budaya harus diperkuat dalam 20 tahun mendatang untuk mencegah wilayah ini menjadi pasar bagi budaya asing. Sebaliknya, wilayah ini harus menjadi sumber pengaruh budaya bagi komunitas lain.
Sosiolog Universitas Negeri Mataram, Saleh Ending, mencatat bahwa budaya lokal mulai perlahan menghilang dari kehidupan masyarakat. Di Pulau Sumbawa, misalnya, komunitas lokal jarang menggunakan bahasa ibu. Anak-anak dan orang tua sering berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia. Fenomena ini dapat membahayakan kelangsungan bahasa ibu di masa depan.
Melestarikan budaya penting untuk menjaga praktik budaya asli, termasuk pengembangan budaya dalam konteks melestarikan kehidupan. Museum memainkan peran penting dalam memimpin upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal di masyarakat. Museum bukan hanya tempat penyimpanan objek berharga sejarah tetapi juga bertindak sebagai penjaga masa lalu, menawarkan pintu gerbang bagi orang untuk terhubung dengan generasi sebelumnya dan mempelajari kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan.
Selain itu, 20 tahun adalah waktu yang singkat untuk mempersiapkan semua alat yang diperlukan untuk melindungi budaya lokal dari pengaruh eksternal yang berpotensi mengganggu tatanan peradaban. Hal ini karena budaya bukan hanya seni; melainkan mencakup semua aspek kehidupan dan gerakan.
Berita terkait: Menyelaraskan tradisi “Bau Nyale” dengan pengembangan SEZ Mandalika
Berita terkait: Lombok Barat membuka rute speedboat baru untuk menarik wisatawan
Translator: Sugiharto Purnama, Resinta Sulistiyandari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024