Ekonomi perilaku adalah bidang yang menggabungkan wawasan dari psikologi dan ekonomi untuk memahami dan memprediksi perilaku manusia. Hal ini mengakui bahwa masyarakat tidak selalu merupakan pengambil keputusan yang rasional dan bahwa pilihan kita dipengaruhi oleh serangkaian bias kognitif dan faktor sosial. Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi perilaku menjadi semakin relevan dalam konteks adopsi teknologi.
Dalam mengadopsi teknologi baru, individu sering kali menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Terlepas dari potensi manfaatnya, masyarakat mungkin ragu untuk menggunakan teknologi baru karena ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui, kekhawatiran terhadap privasi dan keamanan, atau sekadar penolakan terhadap perubahan. Di sinilah ilmu ekonomi perilaku dapat memberikan wawasan yang berharga.
Salah satu prinsip utama ekonomi perilaku adalah bahwa orang cenderung dipengaruhi oleh perilaku orang lain. Ini dikenal sebagai bukti sosial. Ketika individu melihat orang lain menggunakan teknologi tertentu dan mendapatkan pengalaman positif, kemungkinan besar mereka akan mengadopsinya. Perusahaan teknologi telah menyadari hal ini dan memanfaatkan bukti sosial melalui strategi seperti testimonial, ulasan pengguna, dan influencer media sosial. Dengan menampilkan pengalaman positif dari pengguna awal, mereka menciptakan rasa validasi sosial yang mendorong orang lain untuk mengikutinya.
Aspek penting lainnya dari ekonomi perilaku dalam adopsi teknologi adalah konsep keengganan terhadap kerugian. Orang pada umumnya lebih termotivasi untuk menghindari kerugian dibandingkan mencari keuntungan. Artinya, ketika memperkenalkan teknologi baru, penting untuk menyoroti potensi kerugian yang mungkin dialami individu jika mereka gagal menerapkannya. Dengan menekankan kerugian jika tidak mengadopsi teknologi tertentu, perusahaan dapat menciptakan rasa urgensi dan memotivasi individu untuk mengambil tindakan.
Selain itu, bidang ekonomi perilaku telah menunjukkan bahwa masyarakat lebih cenderung mengadopsi teknologi baru ketika manfaatnya langsung terlihat dan nyata. Hal ini dikenal sebagai bias masa kini. Perusahaan teknologi dapat memanfaatkan hal ini dengan memberikan insentif yang jelas dan segera untuk penerapannya. Misalnya, menawarkan masa uji coba gratis atau diskon dalam waktu terbatas dapat mendorong individu untuk mencoba teknologi baru dan merasakan manfaatnya secara langsung.
Selain itu, ekonomi perilaku telah menjelaskan kekuatan default dalam pengambilan keputusan. Orang cenderung tetap menggunakan opsi default kecuali ada alasan kuat untuk menyimpang darinya. Perusahaan teknologi dapat memanfaatkan hal ini dengan menjadikan adopsi teknologi mereka sebagai pengaturan default atau dengan menyederhanakan proses pengambilan keputusan. Dengan menghilangkan hambatan dan mengurangi upaya yang diperlukan untuk mengadopsi teknologi, perusahaan dapat meningkatkan kemungkinan individu untuk menerima teknologi mereka.
Kesimpulannya, ekonomi perilaku menawarkan wawasan berharga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, perusahaan teknologi dapat merancang strategi yang mengatasi hambatan dan mendorong individu untuk menggunakan teknologi baru. Baik melalui bukti sosial, penolakan terhadap kerugian, bias saat ini, atau pengaturan default, ekonomi perilaku memberikan kerangka kerja untuk memahami dan memprediksi perilaku manusia dalam konteks adopsi teknologi.