Para pemberontak Papua yang terus mengancam di wilayah Papua menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, kata Komandan Komando Pertahanan Gabungan Wilayah III Letjen Richard T.H. Tampubolon.
Anggota kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Undius Kogoya, misalnya, pernah menggunakan warga di Kecamatan Bibida di Kabupaten Paniai, Papua Tengah, sebagai perisai manusia sebelum TNI merebut kembali area tersebut dari mereka, katanya.
Personel TNI terus memulihkan keamanan, ketertiban, dan kepastian hukum di Bibida setelah keberhasilan mereka merebut kembali area kecamatan dari pemberontak yang dipimpin oleh Undius Kogoya pada Jumat, 14 Juni, kata Tampubolon.
Untuk membantu pemulihan warga yang terkena dampak, para prajurit melakukan pekerjaan kemanusiaan di area kecamatan tersebut, katanya dalam pernyataan pers yang diterbitkan di sini pada Sabtu.
Tampubulon, bagaimanapun, tidak memberikan detail pekerjaan kemanusiaan yang dilakukan personel militer di area kecamatan tersebut.
Sebelum keberhasilan TNI merebut kembali area Bibida, personel militer terlibat dalam baku tembak dengan para pemberontak, katanya, menambahkan bahwa tidak ada dari warga setempat menjadi korban baku tembak tersebut.
Sebelum baku tembak, pada Selasa (11 Juni), para pemberontak yang dipimpin oleh Undius Kogoya menembak mati seorang sopir bernama Rusli, 40 tahun, dan membakarnya beserta mobilnya di Kecamatan Paniai Timur, Kabupaten Paniai.
Setelah membunuh sopir yang sial itu, para pemberontak pindah ke Kecamatan Bibida, di mana mereka terlibat dalam baku tembak dengan personel TNI, katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok pemberontak bersenjata sering menggunakan taktik serangan mendadak terhadap personel keamanan Indonesia dan melakukan tindakan teror terhadap warga sipil di distrik-distrik Intan Jaya, Nduga, dan Puncak untuk menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat.
Sasaran dari tindakan teror tersebut termasuk pekerja konstruksi, pengemudi ojek, guru, siswa, pedagang makanan jalanan, dan juga pesawat sipil.
Pada 2 Desember 2018, sekelompok bersenjata Papua secara brutal membunuh 31 pekerja dari PT Istaka Karya yang terlibat dalam proyek Trans Papua di Kali Yigi dan Kali Aurak di kecamatan Yigi, Kabupaten Nduga.
Pada 2 Maret 2022, beberapa anggota kelompok bersenjata Papua yang beroperasi di Kecamatan Beoga, Kabupaten Puncak, membunuh delapan pekerja Palaparing Timur Telematika (PTT) yang sedang memperbaiki menara base transceiver station (BTS) milik operator telekomunikasi milik negara Telkomsel.
Pada 7 Februari 2023, pilot asal Selandia Baru, Phillip Mark Mehrtens, disandera oleh kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Egianus Kogoya. Dia sedang menerbangkan pesawat yang dimiliki oleh maskapai Indonesia Susi Air ketika ditangkap oleh kelompok bersenjata tersebut. Anggota kelompok tersebut membakar pesawatnya segera setelah mendarat di Kabupaten Nduga.
Pada 16 Oktober 2023, separatis Papua menyerang beberapa penambang emas tradisional di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, membunuh tujuh dari mereka.
Pada 25 November 2023, empat prajurit tewas dalam baku tembak dengan pemberontak Papua di Kecamatan Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua.
Setelah itu, pada 19 Januari 2024, terjadi baku tembak antara personel keamanan Indonesia dan anggota kelompok bersenjata yang beroperasi di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah.
Seorang anggota Brimob ranger bernama Alfando Steve Karamoy terluka tembak dalam bentrokan tersebut.
Setelah itu, pada 10 April 2024, komandan Kodim 1703-04 Kecamatan Aradide, Letnan Dua Oktovianus Sogalrey, ditembak mati oleh pemberontak Papua di Kabupaten Paniai, Papua Tengah.