Kebijakan tersebut telah membuat kami tidak ragu untuk mengambil langkah-langkah. Badung, Bali (ANTARA) – Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak untuk menyebut Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan namanya akan mempengaruhi pendekatan TNI di Papua, demikian disampaikan oleh Simanjuntak kepada para jurnalis di Pulau Bali pada hari Jumat terkait perubahan kebijakan TNI dalam menggunakan istilah “kelompok kriminal bersenjata” atau “KKB” sejak 5 April 2024.
“Kebijakan tersebut telah membuat kami tidak ragu untuk mengambil langkah-langkah,” ujarnya kepada para jurnalis di Pulau Bali pada hari Jumat terkait perubahan kebijakan TNI dalam menggunakan istilah “kelompok kriminal bersenjata” atau “KKB” sejak 5 April 2024.
Simanjuntak mengatakan bahwa keputusan Kepala Staf TNI Jenderal Agus Subiyanto untuk secara terbuka menyebut KKB di Papua sebagai OPM pada tanggal 5 April merupakan langkah positif yang telah memengaruhi kinerja personel TNI di lapangan.
Simanjuntak berada di Bali untuk bergabung dalam kegiatan pelepasan penyu bayi ke laut di Pantai Pandawa, Kabupaten Badung.
Beliau mengatakan bahwa selama bertahun-tahun menggunakan istilah KKB, para prajurit di Papua tetap ragu untuk mengambil langkah yang diperlukan terhadap anggota KKB karena tidak mudah membedakan antara anggota KKB dan bukan anggota KKB.
Dengan adanya perubahan kebijakan, personel TNI di Papua tidak akan lagi merasa ragu untuk mengambil langkah yang diperlukan terhadap mereka yang membawa senjata dan membahayakan keamanan personel keamanan dan masyarakat, tambahnya.
Simanjuntak tidak membahas dampak perubahan kebijakan tersebut terhadap tugas dan fungsi TNI dan Polri di Papua. Beliau menyarankan para jurnalis untuk bertanya kepada Kepala Staf TNI mengenai hal tersebut.
Sebelumnya, Jenderal Subiyanto telah menyebut OPM dengan namanya dan mengeluarkan surat yang memerintahkan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih untuk menggunakan istilah OPM mulai 5 April.
Perubahan kebijakan tersebut mengubah keputusan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada 29 April 2021 untuk menyebut KKB sebagai KST atau kelompok teroris separatis.
Selama beberapa tahun terakhir, kelompok bersenjata Papua sering menggunakan taktik serangan mendadak terhadap personel keamanan Indonesia dan melakukan tindakan teror terhadap warga sipil di distrik Intan Jaya, Nduga, dan Puncak untuk menimbulkan ketakutan di antara masyarakat.
Sasaran dari tindakan teror tersebut meliputi pekerja konstruksi, pengemudi ojek, guru, murid, pedagang makanan jalanan, dan juga pesawat sipil.
Pada 2 Desember 2018, sebuah kelompok bersenjata Papua secara brutal membunuh 31 pekerja dari PT Istaka Karya yang terlibat dalam proyek Trans Papua di Kali Yigi dan Kali Aurak di Kecamatan Yigi, Kabupaten Nduga.
Pada 2 Maret 2022, beberapa anggota kelompok bersenjata Papua yang beroperasi di Kecamatan Beoga, Kabupaten Puncak, membunuh delapan pekerja Palaparing Timur Telematika (PTT) yang sedang memperbaiki menara base transceiver station (BTS) milik operator telekomunikasi milik negara Telkomsel.
Pada 7 Februari 2023, pilot asal Selandia Baru, Phillip Mark Mehrtens, ditawan oleh kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Egianus Kogoya. Dia sedang menerbangkan pesawat yang dimiliki oleh maskapai penerbangan Indonesia Susi Air ketika ditangkap oleh kelompok bersenjata tersebut. Anggota kelompok tersebut membakar pesawatnya beberapa saat setelah mendarat di Kabupaten Nduga.
Pada 16 Oktober 2023, separatis Papua menyerang beberapa penambang emas tradisional di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, menewaskan tujuh di antaranya.
Pada 25 November 2023, empat prajurit tewas dalam baku tembak dengan pemberontak Papua di Kecamatan Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua.
Setelah itu, pada 19 Januari 2024, baku tembak terjadi antara personel keamanan Indonesia dan anggota kelompok bersenjata yang beroperasi di Kecamatan Intan Jaya, Papua Tengah.
Seorang prajurit Brimob bernama Alfando Steve Karamoy mengalami luka tembak dalam baku tembak tersebut.
Kemudian, pada 10 April 2024, komandan Kodim 1703-04 Sub Kecamatan Aradide, Letnan Dua Oktovianus Sogalrey, ditembak mati oleh pemberontak Papua di Kabupaten Paniai, Papua Tengah.
Berita terkait: Fajar baru dalam perjuangan melawan OPM di Papua
Berita terkait: Indonesia meningkatkan langkah terhadap OPM, bergabung dengan label teroris
Berita terkait: TNI, polisi siap menghadapi tantangan langsung dari kelompok kriminal bersenjata Papua
Penerjemah: Rolandus N, Rahmad Nasution
Editor: Azis Kurmala
Hak cipta © ANTARA 2024