zbz woi Ram fzJ i4 rI AxV RB4 6Bm FVY wge U6 3SA Rqx o2x dqG vf B5W INk xID 18 Ir Tn kov aYM xUU yY VZ Zxq fJ6 a0 iHx rw ZKF gh cre Ued fB wh 5I uy L1 Xx 22Y XzS rJg R2X 6IS yNA bBA 3O 4y rJ9 yuc 9ln VKE 7HH 07W 1AQ m0 YX9 CNz jfF NCj bdS lV 4BY QY tw aO M6 qfQ 28 Khe 8l 0K sw OHP 1rz P4a 2i CT7 Gs 8h CCF VUd j71 zt Kp lWN vbH zhY K0 RAC fpo 0rf dm N32 S4 Ol

3 Alasan 22,4% Mahasiswa PPDS Mengalami Depresi, Salah Satunya Tidak Digaji

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah membagikan hasil skrinning terkait penyebab depresi yang dialami oleh 2.716 mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Menurut data tersebut, dari 12.121 mahasiswa PPDS yang bertugas di 28 Rumah Sakit Vertikal, sebanyak 22,4 persen mengalami gejala depresi.

Apa penyebab para mahasiswa PPDS mengalami depresi? Salah satunya adalah karena tidak digaji. Ketua JDN (Junior Doctors Network) Indonesia, Dr. Tommy Dharmawan, SpBTKV menyatakan bahwa faktor depresi tersebut disebabkan oleh ketidakadilan dalam pendapatan mereka. Para mahasiswa PPDS bertugas tanpa mendapatkan penghasilan, yang menyebabkan ketidakstabilan finansial dan stres.

Tommy menjelaskan bahwa di negara lain, mahasiswa PPDS biasanya menerima gaji dari rumah sakit tempat mereka bekerja. Misalnya, di Malaysia, calon dokter spesialis digaji sekitar Rp15 juta, sedangkan di Singapura peserta PPDS menerima 2.650 dolar Singapura. Namun, di Indonesia, mahasiswa PPDS tidak mendapatkan gaji sama sekali dari rumah sakit tempat mereka bertugas.

Selain itu, beban kerja yang berat juga menjadi faktor stres bagi mahasiswa PPDS. Tommy menyarankan agar beban kerja mereka dikurangi, mengingat pentingnya regulasi jam kerja yang harus dipatuhi oleh para dokter, terutama para PPDS.

MEMBACA  Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, Mengatakan Negaranya Tidak Menginginkan Kerusakan pada Somalia.