Paul Kirby
Editor Digital Eropa
Joe Raedle/Getty Images
Berbeda dengan Trump, Zelensky menyatakan tidak mempercayai Putin dari Rusia dalam hal perundingan damai
Rusia, AS, dan Ukraina sepakat bahwa kesepakatan untuk mengakhiri perang skala penuh yang telah berlangsung hampir empat tahun kian mendekati titik terang. Namun, menurut Presiden Donald Trump, masih tersisa “satu atau dua isu yang sangat rumit dan sulit”.
Dua dari persoalan paling pelik dalam rencana 20 poin dari Washington menyangkut wilayah serta masa depan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, yang kini diduduki oleh Rusia.
Kremlin sependapat dengan Trump bahwa negosiasi berada “pada tahap akhir”. Langkah Zelensky selanjutnya adalah bertemu para pemimpin Eropa di Prancis pada 6 Januari mendatang. Namun, setiap titik perselisihan yang ada berpotensi menggagalkan seluruh kesepakatan.
Nasib jantung industri Ukraina yang diincar Putin
Vladimir Putin tidak bergeming dari tuntutan maksimalisnya untuk menguasai seluruh kawasan industri Donbas di Ukraina, meskipun Volodymyr Zelensky telah menawarkan kompromi.
Pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Luhansk di timur, namun hanya sedikit di atas 75% wilayah Donetsk. Putin menginginkan semuanya, termasuk kota-kota “sabuk benteng” yang tersisa, Sloviansk dan Kramatorsk.
“Kami tidak bisa begitu saja menarik diri, itu melawan hukum kami,” ujar Zelensky. “Bukan hanya hukum. Rakyat tinggal di sana, 300.000 jiwa… Kami tidak bisa kehilangan mereka.”
Dia mengusulkan pasukan Ukraina menarik diri dari area tersebut untuk menciptakan zona ekonomi bebas atau demiliterisasi yang diawasi oleh Ukraina, jika pasukan Rusia juga menarik diri dengan jarak yang sama. Garis kontak yang ada kemudian akan diawasi oleh pasukan internasional.
Sulit membayangkan Putin menyetujui hal tersebut. Jenderal-jenderal Rusia telah melaporkan padanya bahwa mereka sedang merebut wilayah Ukraina dengan cepat.
Anadolu via Getty Images
Kota Sloviansk dan Kramatorsk di timur semakin sering menjadi sasaran serangan Rusia
“Jika otoritas di Kyiv tidak ingin menyelesaikan urusan ini secara damai, kami akan menyelesaikan semua masalah yang ada dengan cara militer,” klaim Putin.
Kedua belah pihak secara luas dianggap mengalami kelelahan. Analis dari Institute for the Study of War memperkirakan pasukan Rusia membutuhkan waktu hingga Agustus 2027 untuk menaklukkan sisa wilayah Donetsk, jika mereka mampu mempertahankan laju serangan saat ini—sebuah asumsi yang tidak pasti.
Kompromi Zelensky juga mensyaratkan penarikan pasukan Rusia dari area lain di wilayah Ukraina di mana mereka mempertahankan kehadiran terbatas, termasuk wilayah Kharkiv dan Sumy di utara, Dnipropetrovsk di timur, serta Mykolaiv di selatan.
Tanpa pergerakan mengenai Donetsk, peluang tercapainya kesepakatan damai terlihat tidak realistis. Namun, sebuah kompromi dari Rusia mungkin bukanlah hal yang mustahil.
Utusan Kremlin Yuri Ushakov baru-baru ini mengatakan “sangat mungkin tidak akan ada pasukan [di Donbas], baik Rusia maupun Ukraina”, meskipun dia bersikukuh bahwa wilayah tersebut akan menjadi bagian dari Federasi Rusia.
Pembangkit nuklir raksasa Ukraina dalam cengkeraman Rusia
Sejak Maret 2022, Rusia telah menduduki pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa di Enerhodar, di tepi Sungai Dnipro. Namun, enam reaktor nuklir di pembangkit Zaporizhzhia tersebut tidak lagi memproduksi listrik—semuanya telah dalam mode *cold shutdown* selama lebih dari tiga tahun—dan pasokan listrik eksternal dari Ukraina yang menjaga pembangkit agar tidak mengalami *meltdown*.
Untuk mengoperasikannya kembali, dibutuhkan investasi besar, sebagian untuk membangun kembali bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka yang hancur, yang sebelumnya digunakan untuk menyediakan air pendingin bagi pembangkit tersebut.
Ukraina berpendapat kawasan itu juga harus didemiliterisasi dan diubah menjadi zona ekonomi bebas.
Menurut Zelensky, proposal AS adalah agar AS mengelola pembangkit tersebut sebagai perusahaan patungan dengan Rusia dan Ukraina. Kyiv menilai hal itu tidak realistis dan mengusulkan agar AS dan Ukraina mengelolanya bersama secara 50-50, dengan AS menentukan tujuan separuh dari listrik yang dihasilkan—yang secara implisit berarti untuk Rusia.
Masalah Ukraina adalah Rusia tidak akan melepasnya. Kepala badan nuklir Rosatom Rusia, Alexei Likachev, menegaskan bahwa hanya satu entitas—Rusia—yang dapat menjalankannya dan menjamin keamanannya.
Dia membuka kemungkinan bahwa Ukraina dapat menggunakan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tersebut dalam konteks kerjasama internasional.
Kompromi dalam isu ini mungkin bukan hal yang tak teratasi, namun ia membutuhkan tingkat kepercayaan antara dua negara tetangga yang saat ini nyaris tidak ada.
Washington Post via Getty Images
Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia mendominasi langit dekat Sungai Dnipro
Minimnya kepercayaan timbal balik meski retorika positif
Sulit membayangkan kemajuan signifikan pada titik-titik perselisihan terbesar ketika kepercayaan antara kedua pihak begitu tipisnya.
Ketika Trump pekan ini menyebutkan bahwa Putin “ingin melihat Ukraina berhasil… termasuk menyuplai energi… dengan harga yang sangat murah”, Zelensky jelas tidak mempercayai sepatah kata pun darinya. Dia tidak menganggap Putin serius mengenai perdamaian.
“Saya tidak percaya orang Rusia dan… saya tidak percaya Putin. Dia tidak menginginkan kesuksesan bagi Ukraina,” ujar pemimpin Ukraina itu.
Rusia juga menunjukkan sedikit kepercayaan pada Kyiv—dengan menuduh pasukan Ukraina menyasar drone ke sebuah kediaman Putin di wilayah Novgorod, meski tidak memberikan bukti atas serangan tersebut.
Ukraina membantah kejadian itu bahkan pernah terjadi dan meyakini itu adalah dalih Rusia untuk melakukan serangan lebih lanjut terhadap gedung-gedung pemerintah di Kyiv.
Titik perselisihan lain yang dapat menggagalkan kesepakatan
Kyiv telah meminta jaminan keamanan dari AS dan para pemimpin Eropa untuk memastikan respons ala NATO jika terjadi serangan Rusia lebih lanjut. Ukraina juga berupaya mempertahankan militer berjumlah 800.000 personel.
Meskipun AS dan Eropa mungkin menyetujui kesepakatan keamanan, Rusia tidak akan menerima kehadiran pasukan Eropa di darat Ukraina.
Kerugian finansial Ukraina diperkirakan mencapai $800 miliar (£600 miliar), sehingga isu kunci lainnya adalah seberapa besar Rusia akan berkontribusi. AS membicarakan dana investasi patungan dengan Eropa, dan Rusia memiliki aset senilai €210 miliar (£183 miliar) di Eropa yang juga dapat digunakan, meski Moskwa sejauh ini menolak mengizinkannya.
Rusia juga menolak upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Hal tersebut mungkin bukanlah hambatan yang terlalu berarti mengingat kecilnya kemungkinan hal itu terjadi saat ini. Namun, karena hal itu tercantum dalam konstitusi Ukraina, mencapai kesepakatan akan sulit.
Keanggotaan di Uni Eropa juga merupakan titik potensi sengketa, mungkin kurang bagi Rusia dibandingkan bagi negara-negara yang antriannya lebih depan dari Ukraina untuk bergabung dengan EU. Hanya sedikit yang percaya hal ini akan terjadi dalam waktu dekat.
### Bisakah Rakyat Ukraina Mengadakan Voting Terkait Kesepakatan?
Pemimpin Ukraina mengutip jajak pendapat yang menunjukkan 87% rakyat Ukraina menginginkan perdamaian, sementara di sisi lain 85% menolak penarikan diri dari Donbas.
Oleh karena itu, ia meyakini bahwa keputusan mengenai nasib Donetsk ataupun rencana 20-poin yang lebih luas tidak dapat diambil tanpa referendum rakyat dan gencatan senjata 60 hari untuk mempersiapkannya: “Referendum adalah cara untuk menerima atau menolaknya.”
Ini pun merupakan titik potensi sengketa karena Kremlin berargumen bahwa gencatan senjata sementara hanya akan memperpanjang konflik dan memicu permusuhan kembali—dan Trump menyatakan memahami posisi Putin.
Namun, tanpa vote seperti itu, Zelensky yakin suatu kesepakatan tidak akan memiliki keabsahan, yang hanya menambah daftar isu pelik yang harus diselesaikan.