Jadikan 2026 Tahun Anak Lepas dari Gawai

Di antara tugas-tugas pengasuhan yang paling menantang, meminta anak untuk meletakkan gawai yang telah menyita perhatiannya berjam-jam sering kali menjadi momok tersendiri.

Sebagai orang tua, timbul rasa bersalah karena membiarkannya terjadi. Kita juga bersiap menghadapi potensi perlawanan, entah berupa amukan balita, praremaja, atau remaja. Seperti kata pepatah, tak seorang pun menginginkan situasi ini.

Meski menetapkan batasan baru untuk waktu layar terasa berat, para ahli menegaskan bahwa reset tetap mungkin. Tahun baru, dengan semangat awal yang segar dan optimisme yang diperbarui, adalah momen tepat untuk melakukannya.

“Jangan anggap ini sebagai pertempuran,” ujar Catherine Price, salah satu penulis buku baru The Amazing Generation: Your Guide to Fun and Freedom in a Screen-Filled World. “Ingatlah bahwa kita sedang berupaya mencapai tujuan bersama yang justru sering dihambat oleh media sosial dan penggunaan layar yang berlebihan.”

“Pada hakikatnya, kita seharusnya berada di pihak yang sama. Apa yang kita inginkan untuk diri kita dan anak-anak? Kita ingin menjalani hidup yang bermakna dan menyenangkan, dengan hubungan yang kuat,” tambah Price.

Dengan pemikiran itu, terapkan empat strategi berikut untuk membantu anak merebut kembali waktunya dari layar digital:

1. Hindari Ceramah tentang Aturan Waktu Layar

Orang tua yang ingin membatasi penggunaan gawai sering keliru dengan langsung memberi ceramah. Price mengatakan lebih efektif memulai percakapan keluarga tentang bagaimana waktu layar memengaruhi perasaan masing-masing, baik yang dialami anak maupun orang tua.

Aspek ini krusial dan sering terlewat dalam upaya menyeimbangkan penggunaan perangkat, karena orang tua perlu mengevaluasi kebiasaan mereka sendiri.

Faktanya mungkin lebih buruk dari perkiraan. Misalnya, survei nasional Girl Scouts terhadap 1.000 anak usia 5-13 tahun menemukan bahwa 52% kesulitan mendapat perhatian orang tua karena orang tua sibuk dengan ponsel mereka sendiri.

“Apa yang saat ini Anda contohkan untuk anak-anak? Anda tidak bisa mengharapkan anak menuruti instruksi Anda jika Anda sendiri tidak menerapkan kebiasaan tersebut,” kata Price, yang tidak terlibat dalam survei tersebut.

Anda mungkin mengandalkan ingatan sendiri, tetapi itu tidak menggambarkan utuh pengalaman anak. Sebaiknya, periksa laporan waktu layar yang dibuat oleh perangkat Anda.

MEMBACA  Di Antara Saham Terbaik untuk Dibeli dan Dipertahankan Selama 10 Tahun

Price menyarankan untuk menelaah waktu yang dihabiskan di aplikasi tertentu. Perjalanan jauh mungkin terkesan delapan jam terpaku ponsel, padahal hanya untuk aplikasi peta. Namun, penggunaan harian selama beberapa jam di aplikasi seperti TikTok atau WhatsApp seharusnya menjadi alarm bagi orang tua tentang kebiasaan mereka sendiri, yang mungkin tak disadari tanpa data objektif.

Price juga menyarankan agar percakapan tentang aturan waktu layar di rumah diperlakukan seperti eksperimen sains mini, di mana anak dan orang tua sama-sama mencatat pengamatan lalu mendiskusikannya bersama. Tujuannya adalah mengidentifikasi aspek penggunaan layar yang menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan, seperti perasaan negatif atau tersakiti, serta minimnya interaksi sosial.

Orang tua mungkin juga terkejut dengan minat atau keingintahuan anak untuk mengurangi waktu daring. The Amazing Generation, yang ditulis bersama Dr. Jonathan Haidt, adalah buku pendamping untuk remaja dari buku terlarisnya The Anxious Generation. Disajikan dengan elemen novel grafis, buku ini juga memuat kisah penyesalan dari para remaja yang berharap masa kecil dan remaja mereka tidak didominasi media sosial dan layar.

Survei Girl Scouts juga menemukan hal serupa: 46% anak perempuan merasa tertekan untuk tetap daring meski tidak menikmatinya.

2. Tetapkan dan Patuhi Aturan untuk Waktu Layar

Dr. Jean Twenge, psikolog dan penulis 10 Rules for Raising Kids in a High-Tech World, menyarankan orang tua untuk membuat pedoman waktu layar baru berdasarkan diskusi dengan anak, atau kembali menerapkan aturan yang ada. Untuk membantu tugas ini, orang tua dapat merujuk pada sumber daya yang dapat disesuaikan dari American Academy of Pediatrics untuk membuat rencana media keluarga.

Twenge, ibu dari tiga remaja yang telah melakukan penelitian akademis ekstensif tentang waktu layar, merekomendasikan standar yang sama untuk setiap anak di rumah. Ini bisa mencakup larangan ponsel pintar dan media sosial hingga usia 16 tahun, batas waktu untuk perangkat tertentu, serta pelarangan aplikasi atau situs web tertentu. Orang tua juga harus mematuhi ekspektasi rumah tangga, seperti waktu makan tanpa gawai.

MEMBACA  Cara Unduh Snapchat Memories Secara Gratis

Bahkan jika rencana berjalan baik awalnya, akan ada momen Anda ingin mengalah karena kenyamanan, krisis, atau tekanan teman sebaya. Twenge menyarankan untuk memiliki rencana cadangan.

Misalnya, penerbangan pesawat mungkin menjadi pengecualian dari aturan yang telah dibuat, di mana anak 10 tahun diperbolehkan waktu tak terbatas di platform gim favoritnya. Penting untuk transparan tentang pengecualian ini agar tidak menimbulkan kebingungan.

Twenge juga mendorong orang tua untuk mengganti penggunaan gawai dengan menonton TV di rumah jika benar-benar perlu mengalihkan anak. Anda akan tahu apa yang mereka tonton, dibandingkan dengan aktivitas mereka di tablet atau ponsel, dan kontennya mungkin lebih berkualitas daripada menonton video pendek di media sosial.

Selain aturan yang ditetapkan, Twenge mendesak orang tua untuk menggunakan kontrol orang tua atau bahkan sistem pemantauan pihak ketiga. Meski anak memiliki waktu layar terbatas, Anda tetap perlu mencegah mereka menemukan atau terlibat dengan konten berbahaya.

Twenge menyatakan bahwa kontrol orang tua pada perangkat dan aplikasi seringkali sulit digunakan, sehingga perangkat lunak pihak ketiga seperti Bark atau Aura mungkin diperlukan untuk memastikan keamanan dan kepatuhan terhadap aturan.

3. Bimbing Anak Menghadapi Dampak Kurangi Waktu Layar

Bahkan jika anak menyukai ide untuk mengurangi waktu daring, konsekuensi nyata yang mereka hadapi bisa berupa kebosanan dan pengucilan sosial.

Sarah Keating, Wakil Presiden Girl Scout Experience, mengatakan orang tua berperan penting dalam membimbing anak mengatasi kekhawatiran ini. Pertama, orang dewasa perlu menerima kenyataan bahwa anak-anak mereka mungkin merasa bosan.

Untuk mengurangi ketidaknyamanan, Keating merekomendasikan alternatif non-layar yang memuaskan pengalaman sensorik taktil seperti memegang ponsel atau tablet. Untuk anak yang lebih kecil, ini bisa berupa balok atau spidol. Anak yang lebih besar mungkin menikmati buku aktivitas seperti Mad Libs atau kegiatan tangan seperti merajut.

MEMBACA  Vietnam Berusaha Belajar dari Cina dengan Rencana Kereta Api Cepat

Twenge menyarankan untuk meminta praremaja atau remaja membuat daftar aktivitas yang bisa dilakukan selain menggulir layar atau memposting. Anda juga bisa mendiskusikan bagaimana waktu layar justru dapat memperburuk kebosanan mereka, sebuah fenomena yang didukung penelitian.

Twenge menambahkan, penting juga untuk mengingatkan remaja tentang apa yang masih mereka miliki, terutama jika Anda memberikan ponsel “bodoh” atau telepon VoIP untuk berkomunikasi dengan teman.

Keating mengakui bahwa anak-anak menggunakan teknologi dan budaya internet untuk membentuk kelompok eksklusif. Dia menekankan pentingnya berbicara dengan anak tentang dinamika ini dan membantu mereka menyusun skrip yang dapat digunakan dalam situasi tersebut. Misalnya, alih-alih merasa ditolak, anak bisa bertanya dengan penasaran tentang meme yang dirujuk temannya.

4. Dorong Kebebasan di Dunia Nyata daripada Waktu Layar

Price suka membalikkan kekhawatiran tentang ‘fear of missing out’ dengan menunjukkan peluang offline apa yang akan hilang jika anak menghabiskan banyak waktu daring.

Dalam hal ini, dia berharap orang tua yang mencoba menetapkan norma waktu layar baru juga menawarkan kebebasan di dunia nyata yang membangun kepercayaan diri dan kemandirian.

“Ini bukan hanya tentang pembatasan,” kata Price. “Ini tentang membuat hidup lebih menyenangkan dan berwarna.”

Anak praremaja dan remaja bisa diberi kesempatan berjalan ke toko atau rumah teman sendiri. Untuk anak yang lebih kecil, pendekatannya mungkin berbeda. Orang tua dapat fokus memastikan mereka bermain dengan teman atau di taman, daripada duduk di rumah dengan layar.

Untuk mendapat lebih banyak gagasan, orang tua bisa menanyakan minat atau hal yang ingin dicoba atau dipelajari anak, lalu mencari cara agar mereka dapat melakukannya secara mandiri.

Bagi Price, menyeimbangkan waktu layar bukan sekadar mengajak anak offline, tetapi tentang “membawa anak-anak kembali ke kehidupan.”

Mashable Trend Report

Tinggalkan komentar