Selama bertahun-tahun, harga yang harus dibayar untuk menggunakan layanan "gratis" dari Google, Facebook, Microsoft, dan perusahaan Big Tech lainnya adalah dengan menyerahkan data pribadi Anda. Mengunggah hidup Anda ke cloud dan memakai teknologi gratis memang mendatangkan kemudahan, tetapi juga menempatkan informasi pribadi di tangan korporasi raksasa yang kerap bermaksud memonetisasinya. Kini, gelombang baru sistem AI generatif kemungkinan akan meminta akses ke data Anda yang lebih luas dari sebelumnya.
Dalam dua tahun terakhir, alat-alat AI generatif—seperti ChatGPT milik OpenAI dan Gemini dari Google—telah berevolusi melampaui chatbot teks sederhana yang awalnya diluncurkan. Sebaliknya, Big AI semakin gencar membangun dan mendorong adopsi agen dan "asisten" yang menjanjikan kemampuan untuk mengambil tindakan dan menyelesaikan tugas atas nama Anda. Permasalahannya? Untuk memaksimalkan manfaatnya, Anda perlu memberikan mereka akses ke sistem dan data Anda. Jika kontroversi awal seputar model bahasa besar (LLM) adalah penjiplakan data berhak cipta secara terang-terangan, akses agen AI ke data pribadi Anda kemungkinan akan memicu sejumlah masalah baru.
“Agen AI, agar fungsionalitasnya penuh dan dapat mengakses aplikasi, seringkali perlu mengakses tingkat sistem operasi atau OS pada perangkat tempat Anda menjalankannya,” ujar Harry Farmer, peneliti senior di Ada Lovelace Institute, yang karyanya termasuk mempelajari <a rel="nofollow" data-offer-url="https://www.adalovelaceinstitute.org/report/dilemmas-of-delegation/" class="external-link" data-event-click="{"element":"ExternalLink","outgoingURL":"https://www.adalovelaceinstitute.org/report/dilemmas-of-delegation/"}" href="https://www.adalovelaceinstitute.org/report/dilemmas-of-delegation/" rel="nofollow noopener" target="_blank">dampak asisten AI dan menemukan bahwa mereka dapat menjadi "ancaman serius" bagi keamanan siber dan privasi. Untuk personalisasi chatbot atau asisten, kata Farmer, sering terjadi pertukaran data. “Semua hal itu, agar dapat bekerja, membutuhkan banyak informasi tentang Anda,” jelasnya.
Meski tidak ada definisi baku tentang apa sebenarnya agen AI, umumnya ia dapat dipahami sebagai sistem AI generatif atau LLM yang diberi tingkat otonomi tertentu. Saat ini, agen atau asisten, termasuk peramban web bertenaga AI, dapat mengambil kendali perangkat Anda dan menjelajah web untuk memesan tiket pesawat, melakukan riset, atau menambahkan barang ke keranjang belanja. Beberapa bahkan mampu menyelesaikan tugas yang melibatkan ratusan langkah individu.
Walaupun agen AI saat ini masih penuh glitch dan sering gagal menyelesaikan tugas <a rel="nofollow" data-offer-url="https://futurism.com/ai-agents-failing-industry" class="external-link" data-event-click="{"element":"ExternalLink","outgoingURL":"https://futurism.com/ai-agents-failing-industry"}" href="https://futurism.com/ai-agents-failing-industry" rel="nofollow noopener" target="_blank">yang diberikan, perusahaan teknologi berkeyakinan sistem ini pada dasarnya akan <a rel="nofollow" data-offer-url="https://www.businessinsider.com/microsoft-ceo-satya-nadella-knowledge-work-evolution-ai-agents-2025-2" class="external-link" data-event-click="{"element":"ExternalLink","outgoingURL":"https://www.businessinsider.com/microsoft-ceo-satya-nadella-knowledge-work-evolution-ai-agents-2025-2"}" href="https://www.businessinsider.com/microsoft-ceo-satya-nadella-knowledge-work-evolution-ai-agents-2025-2" rel="nofollow noopener" target="_blank">mengubah jutaan pekerjaan seiring peningkatan kemampuannya. Akses ke data kemungkinan menjadi bagian kunci utilitas mereka. Jadi, jika Anda menginginkan sistem yang dapat menyediakan jadwal dan tugas Anda, ia akan memerlukan akses ke kalender, pesan, surel, dan lainnya.
Beberapa produk dan fitur AI yang lebih maju memberikan gambaran seberapa luas akses yang mungkin diberikan kepada agen dan sistem. Agen tertentu yang dikembangkan untuk bisnis dapat membaca kode, surel, <a rel="nofollow" data-offer-url="https://techcrunch.com/2025/09/18/notion-launches-agents-for-data-analysis-and-task-automation/" class="external-link" data-event-click="{"element":"ExternalLink","outgoingURL":"https://techcrunch.com/2025/09/18/notion-launches-agents-for-data-analysis-and-task-automation/"}" href="https://techcrunch.com/2025/09/18/notion-launches-agents-for-data-analysis-and-task-automation/" rel="nofollow noopener" target="_blank">basis data, pesan Slack, file di Google Drive, dan lain-lain. Produk Recall milik Microsoft yang kontroversial mengambil tangkapan layar desktop Anda setiap beberapa detik, sehingga Anda dapat mencari semua yang pernah dilakukan di perangkat. Tinder telah membuat fitur AI yang mampu <a rel="nofollow" data-offer-url="https://s203.q4cdn.com/993464185/files/doc_financials/2025/q3/MTCH-3Q-2025-Prepared-Remarks-vFinal.pdf" class="external-link" data-event-click="{"element":"ExternalLink","outgoingURL":"https://s203.q4cdn.com/993464185/files/doc_financials/2025/q3/MTCH-3Q-2025-Prepared-Remarks-vFinal.pdf"}" href="https://s203.q4cdn.com/993464185/files/doc_financials/2025/q3/MTCH-3Q-2025-Prepared-Remarks-vFinal.pdf" rel="nofollow noopener" target="_blank">menelusuri foto di ponsel Anda "untuk lebih memahami" minat dan kepribadian pengguna.
Carissa Véliz, seorang penulis dan profesor asosiasi di Universitas Oxford, menyatakan bahwa konsumen seringkali tidak memiliki cara nyata untuk memverifikasi apakah perusahaan AI atau teknologi memperlakukan data mereka sesuai klaim. “Perusahaan-perusahaan ini sangat promiscuous dalam hal data,” kata Véliz. “Mereka telah menunjukkan sikap yang tidak terlalu menghormati privasi.”