5 Prinsip Keuangan ala Keluarga Kaya yang Tak Pernah Diajarkan di Sekolah, Pantas Kekayaan Mereka Tak Pernah Lenyap

Senin, 22 Desember 2025 – 22:10 WIB

Jakarta, VIVA – Banyak orang tumbuh dengan tujuan keuangan sederhana: bekerja, terima gaji, dan berharap uangnya cukup sampai akhir bulan. Pola ini mungkin bisa membuat hidup terus berjalan, tapi jarang bikin sukses finansial jangka panjang.

Baca Juga:
OJK Rilis Daftar Resmi Platform Kripto Berizin dan Terdaftar di Indonesia

Disinilah letak perbedaan besar antara keluarga biasa dan keluarga kaya mulai kelihatan. Menurut Mark J. Kohler, penasihat pajak dan bisnis yang sudah puluhan tahun kerja dengan pengusaha sukses, keluarga kaya tidak cuma ngajarin anak cara cari uang.
Mereka ngajarin cara kerja uang. Perbedaan pendekatan ini yang merubah segalanya, bukan cuma soal uang, tapi juga cara berpikir, ambil keputusan, dan lihat peluang hidup.

Baca Juga:
Awalnya Jualan Permen di Dapur, Keluarga Ini Kini Berharta Ribuan Triliun Rupiah!

Berikut 5 pelajaran keuangan ala keluarga kaya, seperti yang dirangkum dari situs Mark J. Kohler, Senin, 22 Desember 2025.

Baca Juga:
Riset Ungkap Biaya Hidup Jadi Momok Gen Z, Mahasiswa Didorong Melek Keuangan Syariah

1. Ajari Anak Berpikir sebagai Pemilik, Bukan Karyawan
Kekayaan tidak dimulai dari uang, tapi dari ide. Keluarga kaya ngajarin bahwa nilai datang dari kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan sesuatu yang berguna. Usaha kecil kayak jualan limun, kue, atau jasa potong rumput bukan soal besar kecilnya penghasilan, tapi soal kepemilikan.
Saat anak paham bahwa mereka bisa menciptakan uang daripada nunggu gaji, pola pikir mereka berubah total. Kohler tumbuh di lingkungan dimana kewirausahaan adalah hal biasa. Ide dibicarakan, diuji, diperbaiki, lalu diwujudkan. Baginya, kewirausahaan bukan maksa anak bisnis dari kecil, tapi menanamkan inisiatif, kreativitas, dan tanggung jawab.

MEMBACA  Penemuan Satu Keluarga Tewas di Cirendeu Ciputat Timur

2. Pendidikan Dipandang sebagai Alat, Bukan Daftar Ceklis
Keluarga kaya sangat menghargai pendidikan, tapi tidak menjadikannya tujuan akhir. Sekolah dipandang sebagai persiapan, bukan garis finish. Pendidikan membuka pintu karena memberi kepercayaan diri dan pilihan, bukan cuma karena ijazah.
Ayah Kohler selalu tekankan pentingnya belajar sebanyak mungkin karena pendidikan memberi daya ungkit di masa depan. Prinsip ini dia terapkan ke anak-anaknya. Mereka kuliah tanpa utang dan tidak nunggu lulus untuk belajar soal uang. Mereka jalankan usaha kecil, belajar kelola properti, dan bangun keterampilan nyata sambil kuliah.
Menurut Kohler, sekolah ngajarin cara cari nafkah, sementara pendidikan mandiri ngajarin cara bangun kekayaan.

Halaman Selanjutnya
3. Belajar di Bisnis Orang Lain Terlebih Dahulu

Tinggalkan komentar