SpaceX kehilangan kontak dengan salah satu satelit broadbandnya, yang kini menjatuh ke Bumi akibat suatu anomali yang tidak dijelaskan dan tampak misterius.
Perusahaan mengungkapkan bahwa sebuah satelit Starlink mengalami anomali pada hari Rabu yang mengakibatkan hilangnya komunikasi sepenuhnya. Menurut SpaceX, satelit tersebut tiba-tiba turun ketinggian sekitar 2,5 mil (4 kilometer) dan menciptakan serpihan debris dalam jumlah kecil.
“Satelit tersebut sebagian besar masih utuh, berputar tak terkendali, dan akan memasuki atmosfer Bumi serta hancur total dalam hitungan minggu,” tulis SpaceX di X. Penyebab satelit tersebut berputar belum jelas, namun penurunan ketinggian dan serpihan kecil yang terdeteksi mengisyaratkan bahwa satelit itu, atau setidaknya sebagian darinya, mungkin meledak di orbit.
LeoLabs, sebuah perusahaan teknologi antariksa yang melacak sampah orbital, mendeteksi puluhan objek di sekitar satelit tersebut pasca anomali. Perusahaan menulis bahwa insiden ini kemungkinan disebabkan oleh “sumber energi internal, bukan akibat tabrakan dengan debris antariksa atau objek lain.”
Seiring meningkatnya jumlah objek di orbit, pelacakan terhadap mereka pun menjadi semakin sulit. Astrofisikawan Jonathan McDowell, yang memantau objek-objek di orbit, menyatakan bahwa satelit Starlink tersebut mungkin tidak benar-benar turun dari ketinggiannya dan titik data yang ada keliru. Observasi lanjutan terhadap satelit yang dimaksud diperlukan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi—atau tidak terjadi—pada satelit Starlink itu.
Penghancuran di Luar Rencana
Saat ini terdapat lebih dari 9.000 satelit Starlink aktif di orbit. SpaceX secara rutin meluncurkan satelit Starlink dalam kelompok-kelompok besar dengan rencana membangun konstelasi raksasa hingga 42.000 satelit di orbit Bumi rendah. Satelit-satelit ini dirancang untuk bertahan di orbit selama lima hingga tujuh tahun, dengan satu hingga dua satelit Starlink jatuh kembali ke Bumi setiap harinya.
Namun, anomali yang baru terjadi ini bukan bagian dari siklus penghancuran alami satelit. “Sebagai operator konstelasi satelit terbesar di dunia, kami berkomitmen penuh terhadap keselamatan antariksa,” tulis SpaceX. “Para insinyur kami sedang bekerja cepat untuk menemukan akar penyebab dan memitigasi sumber anomali, serta telah dalam proses menerapkan perangkat lunak ke kendaraan kami yang meningkatkan proteksi terhadap jenis kejadian seperti ini.”
Insiden ini terjadi seminggu setelah sebuah satelit Starlink nyaris bertabrakan dengan satelit Tiongkok. Seiring semakin padatnya orbit Bumi dengan satelit, insiden semacam ini diprediksi akan lebih sering terjadi. Satelit Starlink biasanya melakukan 300 manuver per hari untuk menghindari tabrakan dengan objek lain di antariksa, seperti dilaporkan Space.com tahun lalu.