Selama beberapa dekade, ilmu komputer dianggap sebagai salah satu jalan terbaik untuk mendapatkan keamanan ekonomi. Banyak pemimpin dari politik dan industri—seperti mantan Presiden Bill Clinton, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, hingga Steve Jobs dan Bill Gates—pernah mendorong mahasiswa untuk tidak mengabaikannya. Mereka bilang keahlian coding adalah kunci untuk dapat kerjaan yang stabil dengan gaji besar.
Tapi sekarang, karena kecerdasan buatan (AI) dengan cepat mengubah dunia kerja, janji itu mulai tampak kurang pasti.
Sebuah survei baru terhadap lebih dari 200 pemimpin bidang teknik, yang dilakukan oleh lembaga pelatihan tech nirlaba CodePath, menunjukkan perekrutan karyawan tingkat pemula di bidang tech mulai melambat. Lebih dari sepertiga responden (38%) mengatakan perusahaan mereka mengurangi jumlah perekrutan pemula dalam setahun terakhir. Bahkan, hampir 1 dari 7 melaporkan berhenti merekrut generasi Z sama sekali.
Meski begitu, 18% mengatakan perekrutan tetap sama, dan 8% malah melaporkan peningkatan. CEO CodePath, Michael Ellison, berpendapat bahwa menyuruh orang menghindari bidang tech sekarang adalah kesalahan besar.
“Itu seperti meminum pil gila jika kamu memilih untuk tidak menguasai alat yang membuatmu paling kuat—yaitu kemampuan untuk menyuruh komputer melakukan apa yang kamu inginkan di era di mana komputer menjadi semakin hebat,” kata Ellison. “Bagi saya, itu seperti bilang, ‘jangan belajar menggunakan internet.’”
Argumen Ellison menunjukkan perubahan besar dalam peran ilmu komputer di ekonomi AI. Saat alat AI generatif semakin canggih, pemahaman tentang cara kerja perangkat lunak—dan cara mengarahkan, menyesuaikan, serta mengintegrasikan sistem AI—semakin dilihat sebagai keterampilan dasar, bukan khusus.
Permintaan ini sudah terlihat di pasar tenaga kerja. Literasi AI berada di puncak daftar keterampilan yang diprioritaskan profesional dan dicari perusahaan menurut LinkedIn. Analisis Lightcast terhadap lebih dari 1,3 miliar lowongan kerja di 2024 menemukan bahwa peran yang membutuhkan setidaknya satu keahlian AI menawarkan gaji rata-rata $18.000 lebih tinggi per tahun.
Yang menarik, mayoritas peran itu ada di luar sektor teknologi. Sekitar 51% pekerjaan yang membutuhkan keahlian AI berada di industri non-tekno, naik dari 44% di 2022. Ini tanda bahwa kemampuan coding dan AI menjadi relevan jauh melampaui Silicon Valley.
Rahasia baru untuk dapat kerja di bidang tech
Meski perekrutan melambat, bukan berarti calon teknolog harus menyerah. Data dari CodePath justru menyarankan kandidat perlu memikirkan ulang hal yang mereka tonjolkan dalam lamaran.
Saat ditanya hal apa yang paling penting di luar proses wawancara, para pemimpin teknik menyatakan bukti keterampilan di dunia nyata jauh lebih penting daripada ijazah formal. Proyek sampingan atau portofolio ada di urutan teratas (38%), diikuti pengalaman magang (35%), dan portofolio kode publik seperti GitHub (34%).
Sebaliknya, tanda pencapaian tradisional kurang berpengaruh. Hanya 4% yang mengatakan program sertifikasi sangat berpengaruh, sementara 23% menyebut gelar atau fokus akademik, dan 17% menyebut prestise sekolah.
Perubahan ini menunjukkan perusahaan mencari bukti bahwa kandidat benar-benar bisa bekerja. Kemahiran dengan alat dan kerangka kerja AI adalah ekspektasi keterampilan paling umum untuk rekrutan pemula, diikuti kecepatan menulis kode yang siap produksi dan kemampuan belajar alat atau bahasa pemrograman baru dengan cepat.
Dan meski ada banyak berita tentang PHK di tech, peluang kerja masih ada. Pemerintah federal AS, misalnya, baru-baru ini mengumumkan akan merekrut sekitar 1.000 insinyur, ilmuwan data, dan spesialis AI baru. Tidak perlu gelar atau pengalaman kerja—dan gajinya antara $150.000 hingga $200.000. Meta juga masih merekrut bakat muda dalam beberapa minggu terakhir, dengan lowongan untuk peran seperti insinyur perangkat lunak produk.
Saran Ellison untuk yang mencari kerja sederhana: Peluang tetap ada asalkan kamu mau menggali lebih dalam dan membangun portofolio yang dicari oleh perekrut.
“Orang dihargai karena menjadi agresif dan mengejar apa yang mereka inginkan,” katanya. “Seringkali ada peluang yang tersembunyi di depan mata kita.”