Susie Wiles, Kepala Staf Gedung Putih bagi Presiden Donald Trump, disebutkan membuat sejumlah pernyataan yang sangat blak-blakan kepada reporter Vanity Fair selama setahun terakhir, menurut dua artikel baru yang terbit Selasa. Artikel-artikel tersebut membahas segalanya mulai dari pengampunan untuk kerusuhan 6 Januari hingga berkas-berkas Epstein. Namun, komentarnya mengenai Elon Musk-lah yang mungkin mengejutkan banyak kalangan di dunia teknologi—bukan karena apa yang dikatakan Wiles, melainkan karena fakta sederhana bahwa ia mengatakannya secara terbuka pada seorang jurnalis.
Menurut Vanity Fair dalam artikel pertama dari dua tulisan, Wiles menyebut Musk sebagai “pengguna ketamin yang terang-terangan.” Dalam wawancara lanjutan, New York Times menanyakan pada Wiles tentang kutipan itu dan ia membantah telah mengatakannya.
“Itu konyol,” kata Wiles, menurut Times. “Saya tidak akan mengatakannya dan saya tidak tahu.” Namun Times menyebutkan Vanity Fair memperdengarkan rekaman audio dimana Wiles mengatakannya. Gizmodo sendiri belum mendengar rekaman audio tersebut.
Musk sebelumnya pernah menyatakan ia menggunakan ketamin dosis kecil untuk mengobati depresi, namun menyangkal mengonsumsi narkotika rekreasional lainnya. Laporan Wall Street Journal pada awal 2024 merupakan kali pertama outlet media besar dan bereputasi menyelidiki sejauh mana dugaan penggunaan narkoba Musk. Journal menyebut Musk telah menggunakan ketamin, LSD, kokain, ekstasi, dan jamur psikedelik sejak setidaknya 2018. Para eksekutif di perusahaan Musk, seperti Tesla dan SpaceX, dilaporkan khawatir akan hal ini.
Kembali pada Mei tahun ini, New York Times menerbitkan laporan yang menyatakan “konsumsi narkoba Musk jauh melampaui penggunaan sesekali,” dan ia mengonsumsi dalam jumlah sedemikian banyak hingga “mempengaruhi kandung kemihnya, suatu efek yang dikenal dari penggunaan kronis.” Times menyiratkan bahwa penggunaan narkoba Musk merupakan salah satu alasan ia melakukan salam bergaya Nazi pada 20 Januari, hari pelantikan kedua Trump, sebuah asumsi yang tampak wajar mengingat loncat-loncaknya yang tidak terkendali di panggung hari itu. Penampilannya di CPAC bulan berikutnya, dengan membawa gergaji mesin, memiliki kesan tidak waras yang serupa.
Pekerjaan Musk sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan yang digadang-gadang itu menempatkan miliarder tersebut dalam kedekatan dengan Wiles, yang juga membicarakan pola tidur aneh CEO SpaceX itu, dengan mengatakan “ia tidur di kantong tidur di Gedung Kantor Eksekutif pada siang hari. Dan dia itu aneh, sangat aneh, seperti kebanyakan jenius menurut saya.”
Kepala staf Trump itu juga tampak terganggu oleh pembongkaran sepihak Musk terhadap Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), yang dilakukan sebagai salah satu aksi vandalisme besarnya yang pertama terhadap pemerintah federal. Menurut penuturan Wiles, Musk berada di balik upaya itu dan ia bersikeras bahwa Trump “tidak mengetahui detail-detail agensi kecil semacam ini.”
Wiles menyiratkan bahwa ia tidak ingin USAID dibubarkan, terlebih dengan cara yang semerawut seperti itu, dengan mengatakan kepada Vanity Fair, “tidak ada orang waras yang menganggap proses USAID itu baik. Tidak seorangpun.”
Vanity Fair melaporkan bahwa mantan presiden George W. Bush bahkan turun tangan di balik layar untuk menyelamatkan Rencana Darurat Presiden untuk Bantuan AIDS (PEPFAR), sebuah program yang diluncurkan Bush pada 2003 dan bergantung pada hibah USAID. PEPFAR telah mencegah lebih dari 5 juta bayi terlahir dengan HIV, menurut perkiraan Departemen Luar Negeri sendiri pada 2023.
Upaya untuk menghubungi Musk melalui perusahaannya tidak berhasil pada hari Selasa. Gizmodo akan memperbarui artikel ini jika ada tanggapan.