Senin, 15 Desember 2025 – 22:30 WIB
Jakarta, VIVA – Kecerdasan buatan (AI) sekarang sudah masuk ke banyak jenis pekerjaan, termasuk bidang kreatif yang dulu dianggap aman dari mesin. Dari marketing, desain, sampai penjualan, AI sekarang bisa melakukan tugas-tugas yang sebelumnya butuh sentuhan manusia.
Baca Juga:
AI Makin Canggih, Ini 5 Soft Skill yang Justru Makin Mahal di 2026
Makanya, kekhawatiran tentang hilangnya pekerjaan kreatif semakin besar. Tapi, pandangan para eksekutif perusahaan teknologi global justru menunjukkan hal yang beda.
AI memang akan mengubah dunia kerja, tapi bukan dengan cara mengganti manusia sepenuhnya. Perubahan terbesar justru ada di cara manusia bekerja. Pekerja kreatif tetap dibutuhin, tapi perannya akan berubah secara fundamental.
Baca Juga:
Wamenkomdigi Bongkar Bias AI Asing: Dipakai di Indonesia tapi Sering Enggak Nyambung
Hal ini muncul dalam acara Fortune Brainstorm AI Conference di San Francisco. Para pemimpin dari perusahaan teknologi dan korporasi besar setuju bahwa AI tidak akan menghapus pekerjaan kreatif, melainkan mengubahnya menjadi peran yang lebih strategis.
Nancy Xu, Wakil Presiden AI dan Agentforce di Salesforce, menjelaskan bahwa saat ini banyak pekerja masih bertindak sebagai pelaksana. “Kebanyakan dari kita sekarang ini adalah produsen,” katanya seperti dikutip dari Fortune, Senin, 15 Desember 2025.
Baca Juga:
Ilustrasi pekerja kreatif.
“Sebagian besar yang kita lakukan adalah mengambil sebuah tujuan lalu bilang, ‘oke, target saya hari ini adalah menghabiskan delapan jam buat ngejar pelanggan ini, atau naikin skor kepuasan pelanggan, atau menutup sejumlah pendapatan tertentu,’” ungkapnya.
Tapi, seiring makin banyak tugas yang dikerjakan oleh agen AI, pola kerja ini akan berubah. Menurut Xu, pekerja akan beralih dari peran pelaksana menjadi pengarah.
“Kita akan berubah dari produsen menjadi lebih ke arah direktur,” katanya. Dalam model kerja baru ini, manusia nggak lagi fokus pada cara menjalankan tugas secara detail, tapi lebih ke penentuan tujuan dan pendelegasian pekerjaan ke AI.
“Bukan lagi nanya, ‘gimana saya menyelesaikan tujuan ini?’ tapi, ‘apa tujuan yang mau saya capai, dan gimana saya mendelegasikan tujuan tersebut ke AI?’”
Rasa cemas terhadap otomatisasi memang paling terasa di kalangan pekerja kreatif dan penjualan. Alat-alat seperti chatbot, generator gambar AI, dan sistem otomatisasi marketing terbukti bisa nangani banyak pekerjaan rutin.
Saat ini, perusahaan udah mulai pakai agen AI untuk jawab pertanyaan pelanggan, bikin konten pemasaran, sampai bantu aktivitas penjualan. Meski begitu, para eksekutif menilai bahwa perubahan ini justru membuka ruang untuk kreativitas yang lebih besar.
Halaman Selanjutnya