Minggu, 14 Desember 2025 – 13:15 WIB
Jakarta, VIVA – Perbedaan besaran gaji antar kota di dunia sering kali sangat mencolok, bahkan untuk jenis pekerjaan yang sama. Makanya, tinggal dan kerja di kota tertentu bisa bikin penghasilan bulanan terlihat jauh lebih besar. Ini bukan cuma karena jabatan, tapi juga struktur ekonomi, biaya hidup, dan nilai mata uang lokal.
Baca Juga:
Karyawan Siap-siap Naik Gaji hingga 5 Persen di 2026, Ini Sektor yang Paling Moncer
Ini dia gambaran rata-rata gaji bulanan di kota-kota besar dunia tahun 2025. Datanya diambil dari Numbeo melalui Deutsche Bank. Sumber data Numbeo ini sebagian besar berasal dari crowdsourced dan kurang dari 10% yang dikumpulkan manual.
Kondisi ini membuat hasilnya bisa dipengaruhi siapa yang melapor dan kapan laporannya masuk, terutama di kota dengan pasar tenaga kerja yang berubah cepat. Info lengkapnya dirangkum dari Visual Capitalist, Minggu, 14 Desember 2025.
Baca Juga:
Nasib Karier IT di 2026, Masih Cerah Atau Makin Terpuruk karena AI?
Kota dengan Gaji Bulanan Tertinggi
Pegunungan di Jenewa, Swiss
Baca Juga:
Sejarah UMP Jakarta dari Tahun ke Tahun, Dulu Tak Sampai Rp500 Ribu!
Di tahun 2025, kota-kota di Swiss lagi-lagi mendominasi peringkat atas peta gaji global. Geneva punya catatan gaji bulanan rata-rata US$7.984 atau sekitar Rp132.534.400, jadi kota dengan pendapatan tertinggi. Zurich menyusul dengan angka US$7.788 atau sekitar Rp129.280.800 per bulan.
Di luar Eropa, San Francisco jadi kota nomor satu di Amerika Serikat dengan gaji rata-rata US$7.092 (Rp117.727.200). Tapi, kota ini justru alami penurunan gaji sekitar 10,6% dalam lima tahun terakhir, yang mencerminkan perubahan pasar kerja pasca pandemi.
Peringkat selanjutnya diisi pusat keuangan dan pendidikan ternama. Luxembourg catat gaji bulanan rata-rata US$6.156 (Rp102.189.600), sementara Boston ada di angka US$5.940 (Rp98.604.000). Chicago dan New York juga masih masuk 10 besar dunia, dengan gaji masing-masing US$5.203 (Rp86.369.800) dan US$5.128 (Rp85.124.800).
Kota-kota bergaji tinggi ini umumnya punya kesamaan: didominasi industri bernilai tinggi seperti keuangan, teknologi, dan jasa profesional, pasar tenaga kerja yang ketat, serta biaya hidup mahal. Kombinasi faktor-faktor ini yang mendorong upah nominal jadi jauh lebih tinggi.