Jumat, 5 Desember 2025 – 07:44 WIB
Jakarta, VIVA – Bitcoin berhasil catat lonjakan signifikan sebesar 11 persen. Lonjakan ini terjadi setelah harganya sempat merosot tajam mencapai level US$83.909 atau sekitar Rp 1,39 miliar (perkiraan kurs Rp 16.660) di awal Desember 2025. Penguatan ini bikin aset digital paling berharga di dunia itu kembali ke harga US$93.000 atau Rp 1,54 miliar per keping.
Baca Juga :
IHSG Sesi I Melesat 23 Poin, Cek 3 Saham Paling Kinclong di LQ45
Menurut info dari CryptoSlate pada Jumat (5/12), rebound kuat Bitcoin ini didorong oleh gabungan faktor makro dan teknis yang gerakkan pasar dengan agresif. Salah satu pemicunya adalah keputusan Federal Reserve (The Fed) yang secara resmi hentikan kebijakan pengetatan kuantitatif (quantitative tightening/QT) mulai 1 Desember 2025.
Di waktu yang sama, The Fed juga gelontorkan likuiditas besar-besaran lewat operasi repo senilai sekitar US$25 miliar di sesi pagi dan tambahan US$13,5 miliar di malam hari. Ini adalah ‘suntikan’ likuiditas terbesar sejak tahun 2020 yang langsung mengurangi tekanan pendanaan dan picu sentimen positif di pasar aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Baca Juga :
Bursa Asia Bergerjolak saat Optimisme The Fed Pangkas Suku Bunga Makin Kuat Karena Ini
Berakhirnya QT dan masuknya likuiditas ini biasanya turunkan biaya pinjaman dan longgarkan suplai dolar di sistem keuangan. Akibatnya, aset high-beta seperti kripto dapat dorongan kuat.
Sentimen positif Bitcoin juga datang dari ekspektasi pemotongan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat. Ini muncul setelah data manufaktur AS terus melemah. Indeks Manufaktur AS tercatat di level 48,2, yang artinya sektor ini berkontraksi selama sembilan bulan berturut-turut.
Baca Juga :
Shiba Inu vs Bitcoin, Mana yang Lebih Menjanjikan untuk Jangka Panjang?
Kondisi ini bikin pasar meningkatkan perkiraan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dalam rapat The Fed tanggal 10 Desember 2025 menjadi sekitar 80 persen, berdasarkan data CME FedWatch.
Pasar kripto juga dapat dorongan tambahan dari faktor distribusi. Manajer aset global, Vanguard, baru saja buka akses untuk ETF dan reksa dana kripto pihak ketiga, termasuk produk berbasis Bitcoin, Ethereum, XRP, dan Solana.
Eric Balchunas, analis senior ETF, bilang munculnya Vanguard effect ini dorong Bitcoin naik sekitar 6 persen saat pasar AS buka karena ada lonjakan permintaan untuk ETF dan reksadana kripto. BlackRock IBIT bahkan catatkan volume transaksi sekitar US$1 miliar hanya dalam 30 menit pertama perdagangan.
Meski begitu, harga Bitcoin masih lebih dari 30 persen di bawah puncaknya di Oktober lalu yang hampir sentuh US$126.000. Penurunan sepanjang November 2025 mencapai 17 persen, atau setara dengan hilangnya lebih dari US$5 miliar akibat aksi jual dari investor ritel dan perusahaan pemegang cadangan besar seperti MicroStrategy.
Halaman Selanjutnya
Dilansir dari MarketCoinCap hingga pukul 06.32 WIB pada Jumat, 5 Desember 2025, harga Bitcoin ada di level US$92.268 per koin. Harga ini turun tipis 1,40 persen dalam 24 jam terakhir, tapi naik 1,06 persen dalam tujuh hari terakhir.