Orang tua dari sandera terakhir yang tewas di Gaza telah berbicara kepada BBC mengenai penantian penuh keputusasaan mereka untuk pemulangan jasad putra mereka.
Itzik dan Talik Gvili bersikeras bahwa kesepakatan perdamaian Gaza tidak dapat maju sebelum Hamas menyerahkan sisa jenazah putra mereka, Ran, seorang perwira polisi Israel berusia 24 tahun yang juga dikenal sebagai Rani.
“Kami sangat berharap bahwa semua orang di dunia… ingin mengakhiri situasi ini dan masuk ke fase kedua, jadi Hamas harus membawa Rani pulang,” kata ibunya, Talik, setelah Israel mengonfirmasi jasad warga negara Thailand, Suthisak Rintalak, telah dikembalikan pada hari Rabu.
Dia dan Ran termasuk di antara 251 orang yang disandera dalam serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, ketika 1.200 orang lainnya tewas.
Ran tewas saat bertarung melawan para milisi Hamas di Kibbutz Alumim, dan jenazahnya kemudian dibawa ke Gaza sebagai sandera, menurut Angkatan Pertahanan Israel (IDF).
Orang tuanya mengatakan bahwa ia sedang cuti medis karena bahunya patah pada saat serangan terjadi, namun pergi bertarung setelah melihat apa yang terjadi di televisi.
“Dia tidak bisa tinggal di rumah meskipun terluka. Dia mengambil mobil saya dan seragamnya… lalu pergi membantu pertarungan melawan para teroris,” kata ayahnya, Itzik.
“Dia menyelamatkan Kibbutz Alumim… dan dia menyelamatkan Israel, jadi Israel harus menyelamatkannya sekarang dan membawanya pulang,” tambahnya.
Meskipun pasangan ini telah diberitahu oleh pejabat Israel bahwa Ran tewas, mereka mengatakan masih memegang “sedikit persen” harapan “bahwa mungkin dia masih hidup, mungkin dia selamat”.
“Kami ingin kejelasan,” ujar Talik.
Berbicara selama kunjungan ke London, orang tua Ran menggambarkan kesedihan mereka selama 26 bulan terakhir, yang sebagian besar dihabiskan untuk berkampanye demi pemulangan semua sandera, baik yang hidup maupun yang telah meninggal.
Di bawah fase pertama kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi AS, yang mulai berlaku pada 10 Oktober, Hamas setuju untuk mengembalikan 20 sandera Israel terakhir yang masih hidup dan jenazah 28 sandera Israel serta asing yang masih di Gaza dalam waktu 72 jam.
Semua sanders yang hidup telah dibebaskan pada 13 Oktober sebagai penukar bagi 250 tahanan Palestina dan 1.718 narapidana dari Gaza, namun perlu waktu berminggu-minggu untuk jenazah sandera yang tewas dikembalikan, seringkali hanya satu per satu.
“Ketika Hamas membawa pulang salah satu sandera, kami tidak tahu siapa itu, mungkin Rani, mungkin orang lain… Ini seperti roulette. Anda tidak bisa membayangkan ketakutan dan harapan serta semuanya. Terkadang itu bukan sandera sama sekali,” kata Talik, merujuk pada beberapa set sisa jenazah yang diserahkan yang ternyata milik warga Palestina yang tewas.
“Harapan saya, tidak ada seorang ibu pun di seluruh dunia yang merasakan apa yang saya rasakan. Kami orang-orang yang kuat, tetapi apa yang ada di dalam, Anda tidak bisa membayangkan… Mereka mencuri anak saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa – hanya berdoa dan mengunjungi orang-orang serta memohon bantuan.”
Talik mengatakan ia belum tidur semalaman penuh sejak 7 Oktober 2023.
“Anda merasa ada 5.000 kilo di dada Anda. Kami tidak punya malam. Kami tidak punya siang. Kami tidak punya apa-apa,” katanya.
Meskipun kini mereka adalah satu-satunya orang di Israel yang menunggu orang yang mereka kasihi dikembalikan dari Gaza, mereka mengatakan dukungan di sekitar mereka justru telah bertambah.
“Semua keluarga bersama kami dan semua rakyat Israel bersama kami. [Dukungan] itu lebih besar dari sebelumnya karena semua rakyat Israel sekarang fokus pada satu hal – bawa Ran pulang lalu lakukan fase kedua [dari kesepakatan damai],” ujar Talik.
Pasangan itu mengatakan bahwa setelah Ran kembali, mereka berharap perdamaian abadi dan Hamas dibubarkan.
“Kami sangat bangga pada Ran. Dia adalah pahlawan di Israel. Hamas menjadikan Ran seorang pahlawan… Kami ingin dia kembali dan mencoba untuk tidur dan bernapas dengan lega lagi.”
Lebih awal pada hari Kamis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menggambarkan Ran sebagai “pahlawan Israel”, dengan mengatakan bahwa ia telah “menetralkan 14 teroris dan melakukannya dengan keberanian paling tinggi” sebelum tewas dalam pertempuran.
“Kami bertekad untuk membawa Ran kembali untuk dimakamkan secara Yahudi yang layak dan kami akan mengerahkan segala upaya untuk melakukannya,” janjinya.
Israel menanggapi serangan 7 Oktober 2023 dengan melancarkan kampanye militer di Gaza, di mana lebih dari 70.120 orang telah tewas, menurut kementerian kesehatan di wilayah itu yang dikelola Hamas.