Rabu, 3 Desember 2025 – 09:56 WIB
Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan tetap bergerak naik-turun, tapi diprediksikan akan berakhir melemah dalam perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, kurs rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 16.632 per Selasa, 2 Desember 2025. Posisi ini menguat 36 poin dari level sebelumnya Rp 16.668 pada perdagangan Senin, 1 Desember.
Sementara itu, dalam perdagangan pasar spot pada Rabu, 3 Desember hingga pukul 09.04 WIB, rupiah ditransaksikan di harga Rp 16.632 per dolar AS. Posisi ini melemah 7 poin (0,04%) dari posisi sebelumnya di level Rp 16.625.
Ilustrasi mata uang Rupiah.
Pengamat ekonomi dan pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa laju inflasi nasional kembali menunjukkan pelemahan pada November 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya naik 0,17% secara bulanan (month-to-month/mtm), lebih rendah dari Oktober 2025 yang sebesar 0,28%.
"Secara tahunan, inflasi turun menjadi 2,72 persen, sementara inflasi year-to-date (ytd) ada di level 2,27 persen," jelas Ibrahim dalam riset hariannya, Rabu, 3 Desember 2025.
Inflasi tersebut terutama didorong oleh komponen inti yang naik 0,17% dan berkontribusi 0,11% terhadap inflasi nasional. Komoditas emas perhiasan kembali jadi pendorong terbesar, dengan harga emas naik hampir 4% dan menyumbang 0,08%.
Dari kelompok harga yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, tarif angkutan udara kembali naik dan mencatat inflasi 0,24%, dengan kontribusi 0,05%. Sementara komponen harga bergejolak naik tipis 0,02%, terutama karena kenaikan harga beberapa sayuran seperti bawang merah, wortel, jeruk, sawi hijau, ketimun, dan kacang panjang.
Selain itu, Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah per akhir Kuartal III-2025 senilai Rp 9.408,64 triliun. Jika dirinci, komposisi utang tersebut didominasi oleh penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 8.187,55 triliun (87,02%). Sedangkan yang berasal dari pinjaman mencapai Rp 1.221,09 triliun (12,98%).
Dari sisi rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), per akhir Kuartal III-2025 telah mencapai 40,30%. Utang dari penerbitan SBN itu juga melonjak sekitar 2,59% dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar Rp 7.980,87 triliun.
"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.620 – Rp 16.640," ujarnya.
Baca Juga :
- Dibuka Menghijau, IHSG Dibayangi Koreksi Meski Bursa Asia dan Wall Street Menguat
- Rupiah Menguat Seiring Optimisme Pasar Soal Pemangkasan Suku Bunga The Fed
- Dibuka Menguat, IHSG Cenderung Datar di Tengah Optimisme The Fed Pangkas Suku Bunga
Halaman Selanjutnya