Sumatra Terpuruk: Banjir dan Longsor Mematikan Meluluhlantakkan Komunitas

Bogor, Jawa Barat (ANTARA) – Indonesia baru saja mengalami kejadian yang sangat menyedihkan di pulau Sumatra. Hujan deras yang turun selama berhari-hari telah menyebabkan banjir dan tanah longsor. Banyak korban jiwa, puluhan ribu orang harus mengungsi, dan beberapa kabupaten terpaksa menetapkan status darurat.

Di Provinsi Aceh, pemerintah menetapkan status bencana di 10 dari 23 kabupaten dan kota. Hingga Rabu sore, air yang terus naik telah memaksa 1.497 orang meninggalkan rumah mereka. Dua warga dilaporkan meninggal dunia.

Badan Penanggulangan Bencana Aceh melaporkan bahwa banjir dan tanah longsor melanda provinsi tersebut antara tanggal 18 hingga 26 November. Bencana ini merendam banyak wilayah dan merusak infrastruktur penting.

“Kira-kira 14.235 kepala keluarga, atau 46.893 orang, terdampak. Sebanyak 1.497 orang dari 455 KK saat ini sedang mengungsi,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan, Fadmi Ridwan, di Banda Aceh.

Para pejabat menyebutkan bahwa kerusakan ini disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terus-menerus, angin kencang, dan kondisi geologi yang tidak stabil. Faktor-faktor ini bersama-sama memicu banjir, pergerakan tanah, dan longsor di daerah pegunungan dan pesisir yang rentan.

Kesepuluh daerah yang terdampak banjir adalah Bireuen, Lhokseumawe, Langsa, Aceh Timur, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Singkil, Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Aceh Selatan. Ketinggian air di banyak permukiman mencapai 30 hingga 80 sentimeter.

Salah satu korban jiwa adalah M. Afdalil (27) dari Kabupaten Aceh Utara, Tanah Jambo Aye. Ia tenggelam setelah terseret arus banjir di dekat jalur sawah.

Krisis ini tidak hanya terjadi di Aceh. Banjir bandang dan tanah longsor juga melanda sebagian besar wilayah Sumatra Utara dan Sumatra Barat, membuat pemerintah daerah kewalahan dan tim tanggap darurat bekerja sangat keras.

MEMBACA  Akhir Pekan Divisi NFL: Cara Menonton Pertandingan Ravens vs. Bills Hari Ini di CBS dan Paramount Plus

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan Kabupaten Tapanuli Tengah mengalami beberapa kerusakan terparah. Zona bencana tercatat di Badiri, Pinangsori, Lumut, Sarudik, Tukka, Pandan, Sibabangun, Tapian Nauli, dan Kolang.

Hingga Rabu malam, sedikitnya 1.902 keluarga terdampak di Tapanuli Tengah, dengan 1.261 keluarga di antaranya hanya di Kolang saja. Empat anggota keluarga dilaporkan meninggal setelah tertimbun tanah longsor.

Di Tapanuli Selatan, banjir bandang dan tanah longsor menerjang Aek Ngadol, Hutagodang, Garoga, Batuhoring, dan Hapesong Baru di Kecamatan Batang Toru. Enam warga tewas akibat banjir, dan tujuh lainnya luka-luka dalam sebuah longsor di Parsariran.

Sementara itu, kota pesisir Sibolga melaporkan beberapa korban terbesar. Delapan orang dikonfirmasi meninggal dan 21 lainnya masih dinyatakan hilang hingga Rabu malam, menurut posko SAR setempat yang memantau situasi yang semakin memburuk.

Untuk menampung keluarga yang mengungsi, Kantor SAR Nias membuka posko evakuasi di Gedung Olah Raga Pandan (Tapanuli Tengah), SMPN 5 Parombunan (Sibolga), Rumah Sakit Bhayangkara (Batang Toru), dan beberapa balai desa di Tapanuli Selatan.

Basarnas mengatakan tim pencarian dan pertolongan bersama—yang melibatkan TNI, polisi, badan bencana, polair, dan relawan masyarakat—digerakkan untuk memperluas pencarian dan memberikan bantuan darurat.

Menghadapi jumlah korban yang terus bertambah, pemerintah Indonesia menggelar rapat darurat antar kementerian pada Kamis untuk mengoordinasikan langkah tanggap cepat menghadapi bencana hidrometeorologi yang meluas di Sumatra.

Di Padang, Sumatra Barat, dan Sibolga, Sumatra Utara, yang sangat terdampak, TNI mengerahkan personel untuk mengevakuasi warga yang terjebak dan mendukung operasi medis di distrik-distrik yang terendam.

Komando Armada Barat TNI AL mengirimkan unitnya untuk membantu evakuasi di Padang, di mana beberapa permukiman terendam setelah hari-hari hujan ekstrem, menurut Komandan Armada, Laksamana Muda Denih Hendrata.

MEMBACA  Akan segera membahas BPIH untuk tahun 2025 dengan DPR, kata menteri

Dia mengatakan perahu karet dan peralatan penyelamatan dikerahkan untuk menjangkau warga yang terisolasi oleh air yang naik cepat, terutama di kantong-kantong terpencil di kota di mana jalan akses terputus.

Salah satu lokasi terparah adalah Desa Rantau Panjang di Kecamatan Sasak, Kabupaten Pasaman Barat, di mana unit teritorial TNI AL menyelamatkan 40 warga yang terdampar oleh banjir yang dalam. Ke-40 pengungsi itu dipindahkan ke tim medis untuk perawatan darurat sebelum dibawa ke Balai Lelang Ikan Sasak untuk pemeriksaan kesehatan lebih lanjut, lalu ke posko evakuasi Talao Pagang.

Denih menyebut personel TNI AD, pejabat daerah, dan BPBD setempat membantu selama proses evakuasi, sehingga pergerakan di medan berbahaya dan rute yang terhalang bisa lebih cepat.

Di Sibolga, militer memperluas kehadirannya. Mayor Jenderal TNI Freddy Ardianzah, Kepala Pusat Penerangan TNI, mengatakan 555 personel TNI dikerahkan untuk mendukung evakuasi dan operasi pencarian.

Dia mengatakan pasukan berfokus pada tiga misi: menyelamatkan warga yang terjebak, menemukan orang yang hilang, dan membersihkan puing longsoran yang menghalangi jalan akses kritis untuk pengiriman bantuan.

Para pengungsi yang dievakuasi diangkut ke pos kesehatan TNI untuk diobati, sementara dapur umum darurat didirikan untuk membagikan makanan dan hidangan hangat kepada para penyintas banjir.

“TNI telah mengerahkan lima dokter dan 31 perawat untuk memberikan dukungan medis langsung,” kata Freddy. Ia menambahkan bahwa upaya pencarian melibatkan kerja sama yang erat antara militer, pemerintah daerah, dan BPBD wilayah untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam menemukan warga yang hilang.

Untuk membuka kembali rute strategis, militer mengerahkan unit zeni yang dilengkapi dengan ekskavator, truk pengangkut, ambulans, perahu karet, tenda, tempat tidur lipat, dan peralatan dapur lapangan.

MEMBACA  Pangeran William dan Kate Middleton Melindungi Putri Charlotte agar Tidak Mengalami Nasib Seperti Harry

Freddy mengatakan TNI akan tetap berada di lokasi hingga kondisi stabil dan masyarakat mulai beralih dari tanggap darurat ke pemulihan.

*Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025*