Politikus Sayap Kanan Picu Kemarahan dengan Aksi Burqa di Parlemen Australia

Provokasi Pauline Hanson merupakan bagian dari kampanye yang telah berlangsung lama untuk melarang penggunaan pakaian tradisional Muslim di ruang publik.

Terbit pada 24 Nov 2025

Klik untuk membagikan di media sosial

Bagikan

Seorang anggota parlemen Australia sayap kanan-jauh telah memicu tuduhan rasis yang menyakitkan setelah mengenakan burqa di gedung parlemen untuk menyoroti upayanya melarang pakaian tersebut di publik.

Pauline Hanson, pemimpin partai populis anti-imigran One Nation, melakukan aksi kontroversial itu pada Senin setelah ia dicegah mengajukan RUU Senat untuk melarang pakaian tradisional Muslim dan penutup wajah lainnya dari kehidupan publik Australia.

Artikel Rekomendasi

  • item 1
  • item 2
  • item 3
  • item 4

Hanson langsung memicu kemarahan saat ia memasuki ruang Senat dengan mengenakan burqa, dengan sejumlah anggota parlemen menuduhnya melakukan rasisme dan Islamofobia.

Prosidur ditunda ketika ia menolak untuk melepas pakaian itu.

“Kode berpakaian mungkin merupakan pilihan para senator, tetapi rasisme seharusnya bukan pilihan Senat,” ujar Senator Australian Greens Mehreen Faruqi, Muslim pertama yang terpilih di majelis tinggi Australia. “Ini adalah senator rasis yang menampilkan rasisme dan Islamofobia yang terang-terangan.”

Senator Independen Fatima Payman, yang juga seorang Muslim, menyebut aksi itu “memalukan” dan menuduh Hanson “tidak menghormati umat Islam di luar sana, warga Australia Muslim.”

Penny Wong, pemimpin pemerintahan sayap kiri-tengah Australia di Senat, menyebut tindakan Hanson “tidak pantas bagi seorang anggota Senat Australia” dan mengajukan mosi untuk menangguhkannya.

Kampanye Berkepanjangan

Ini adalah kali kedua Hanson menggunakan burqa sebagai alat peraga di parlemen untuk mendukung upayanya yang telah berlangsung lama untuk melarang pakaian tersebut dikenakan di publik. Sebelumnya ia mengenakan pakaian itu pada tahun 2017.

Senator untuk Queensland ini pertama kali menanjak popularitasnya pada tahun 1990-an didukung oleh penentangannya yang keras terhadap imigrasi dari Asia dan oleh pencari suaka.

Partai One Nation-nya memiliki empat kursi di Senat, setelah melipatgandakan perwakilannya di majelis tersebut dalam pemilu bulan Mei, dengan dukungan terhadap agenda kanan-jauhnya yang semakin meningkat.

Dalam pernyataan yang diposting di Facebook menyusul kejadian pada Senin, Hanson mengatakan tindakannya merupakan protes atas penolakan Senat terhadap RUU yang diajulkannya.

Dia menegaskan bahwa ia mengenakan pakaian “opresif” itu untuk menyoroti perlakuan buruk terhadap perempuan dan risiko yang ditimbulkannya terhadap keamanan nasional.

MEMBACA  Iran Peringatkan Intervensi AS dalam Konflik dengan Israel Bisa Picu 'Perang Total'