RFK Jr. Menyalahkan Vaksin untuk Alergi Kacang, Meski Bukti Berkata Lain

Dalam beberapa tahun terakhir, alergi kacang telah menjadi fenomena yang jauh kurang umum pada masa kanak-kanak, berkat perubahan signifikan dalam saran yang kini diberikan dokter kepada orang tua. Meski kemajuan pesat ini telah terjadi, RFK Jr. justru mencari kambing hitam lain—sesuai dengan ideologinya yang melenceng.

Mungkin lebih mudah membuat daftar masalah kesehatan yang *tidak* disalahkan Robert F. Kennedy Jr. pada vaksin. Dalam perkembangan terbarunya, Menteri Kesehatan dan Layanan Masyarakatakat AS itu berargumen bahwa alergi kacang pada anak justru disebabkan oleh vaksin yang ditakutinya.

Kennedy menyampaikan pernyataan ini dalam sebuah acara yang diadakan Food Allergy Fund pada hari Senin. Setelah menolak teori utama di balik peningkatan alergi kacang—kurangnya paparan sejak dini—ia berspekulasi tentang aluminium dalam beberapa vaksin serta pestisida. Ia lalu berjanji akan melakukan penelitian untuk mengungkap dalang sebenarnya di balik kondisi ini.

“Studi-studi itu tak pernah dilakukan. Kami akan melakukannya sekarang dan kami akan mengidentifikasi penyebab alergi-alergi ini,” ujarnya.

Ironisnya, tingkat alergi makanan di AS justru sudah menurun drastis belakangan ini, berkat saran dokter kepada orang tua untuk memperkenalkan kacang sedini mungkin pada anak.

Kesalahan Arah tentang Aluminium

RFK Jr. mengandalkan cerita pribadi untuk membantah bukti ilmiah. Ia menyatakan bahwa hubungan antara alergi makanan dan kurangnya paparan dini baginya tidak masuk akal, berdasarkan pengalamannya dengan anak-anaknya, yang lima di antaranya memiliki alergi. Salah satu anaknya dikabarkan memiliki alergi kacang yang sangat parah hingga harus dibawa ke UGD 22 kali sebelum usia dua tahun.

“Rumah saya begitu penuh dengan selai kacang dan saya sendiri mengonsumsinya untuk dua kali makan sehari, begitu pula istri saya saat hamil,” katanya, seraya menambahkan bahwa kita seharusnya fokus pada faktor lingkungan seperti aluminium dalam vaksin dan pestisida.

MEMBACA  Bank of America Pertahankan Rekomendasi Beli untuk Merus (MRUS), Naikkan Target Harga

Aluminium kadang ditambahkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan kemampuannya memicu respons imun yang tepat dari tubuh. Keberadaannya dapat menyebabkan reaksi lokal seperti kemerahan atau nyeri di tempat suntikan (yang biasanya merupakan tanda respons imun berkembang sesuai harapan). Para ilmuwan telah mempelajari potensi hubungan ini secara mendalam—untuk melihat apakah bahan ini memiliki risiko kesehatan jangka panjang—dan sebagian besar penelitian gagal menemukan hal yang mengkhawatirkan.

Sebuah studi yang terbit pada Juni lalu, contohnya, menemukan tidak adanya hubungan antara paparan aluminium total dari vaksinasi selama dua tahun pertama kehidupan dengan peningkatan risiko 50 kondisi berbeda, termasuk gangguan alergi. Sementara itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan pestisida dapat meningkatkan risiko asma, meski bukan jenis alergi lainnya.

Perlu juga dicatat bahwa manusia terpapar aluminium dalam dosis kecil dari berbagai hal, dan jumlah yang digunakan dalam vaksin jauh lebih kecil daripada yang biasanya kita dapatkan dari makanan atau minuman.

Ini jelas bukan pertama kalinya Kennedy dan sekutu anti-vaksinnya mencoba menunjuk aluminium dalam vaksin sebagai ancaman serius. Dan tidak mengherankan, banyak ahli dan kelompok kesehatan tidak setuju.

Pada awal Oktober ini, American Academy of Pediatrics secara tegas menyatakan: “Bukti menunjukkan bahwa vaksin yang mengandung aluminium aman dan bermanfaat bagi kesehatan serta kesejahteraan anak. Penelitian tidak menemukan bukti bahwa aluminium dalam vaksin menyebabkan kondisi autoimun, gangguan perkembangan saraf, atau efek samping serius.”

Solusi untuk Masalah yang Tidak Ada

Yang membuat pernyataan terbaru Kennedy ini semakin membingungkan adalah waktunya. Alergi adalah kondisi yang kompleks, dan seringkali ada lebih dari satu penyebab di baliknya, seperti genetika. Namun, hasil di dunia nyata telah dengan kuat membuktikan hipotesis bahwa paparan dini dapat mencegah alergi makanan.

MEMBACA  Live streaming Los Angeles Sparks vs. Connecticut Sun 2024: Saksikan WNBA secara langsung

Selama bertahun-tahun, dokter menasihati orang tua untuk menghindari pemberian kacang pada anak terlalu dini (sebelum usia tiga tahun), berdasarkan beberapa penelitian yang menunjukkan risiko sensitivitas berlebihan. Tetapi sebuah studi penting pada 2015 justru tidak mendukung risiko tersebut dan malah menunjukkan efek pencegahan dari paparan dini. Bukti ini akhirnya meyakinkan para ahli untuk mengubah pendekatan.

Mulai 2015, berbagai kelompok medis mengubah panduan mereka tentang alergi kacang, dengan lebih banyak lagi yang mengikuti pada 2017. Mereka kini menasihati orang tua untuk memperkenalkan makanan mengandung kacang pada anak sedini mungkin, bahkan sejak usia empat bulan. Dalam tahun-tahun setelah perubahan itu, alergi makanan di AS menurun tajam. Sebuah studi awal Oktober ini menemukan bahwa kasus alergi kacang yang terdiagnosis menurun 43% setelah perubahan panduan 2017, sementara alergi makanan secara umum turun 36%.

Beberapa anak masih dapat mengembangkan alergi, meski telah terpapar kacang sejak dini. Dan seperti yang ditunjukkan oleh pergeseran panduan ini, konsensus medis kadang keliru pada awalnya. Tetapi pada akhirnya, saya lebih memilih untuk mempercayai proses ilmiah daripada kemampuan mengambil keputusan ala RFK Jr.