Matt McGrath
Koresponden Lingkungan, melaporkan dari COP30 di Belém, Brasil
Chris McGrath/Getty Images
Turki telah mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah perundingan iklim 2026 di Antalya.
Pertemuan iklim COP31 kini diprediksikan akan diadakan di Turki setelah Australia menarik pencalonannya sebagai tuan rumah acara tahunan tersebut.
Berdasarkan aturan PBB, hak untuk menjadi tuan rumah COP pada tahun 2026 jatuh kepada kelompok negara yang terdiri dari Eropa Barat, Australia, dan negara-negara lainnya.
Konsensus harus dicapai, namun sebelumnya kedua negara tidak ada yang bersedia mengalah. Australia kini telah setuju untuk mendukung pencalonan Turki sebagai imbalan atas penunjukan menteri mereka untuk memimpin perundingan, menyusul pembicaraan di COP30 yang saat ini berlangsung di Brasil.
Pengaturan yang tidak lazim ini mengejutkan para pengamat. Biasanya, presiden COP berasal dari negara tuan rumah, sehingga bagaimana kemitraan baru ini akan berjalan dalam praktiknya masih perlu dilihat.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut kompromi dengan Turki sebagai “hasil yang luar biasa” dalam sebuah wawancara dengan Australian Broadcasting Corporation (ABC), dengan menekankan bahwa isu-isu Pasifik akan menjadi “prioritas utama”.
Ia menambahkan bahwa ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape dan Perdana Menteri Fiji, Rabuka.
Namun, Menteri Luar Negeri Papua Nugini Justin Tkatchenko mengatakan kepada kantor berita AFP “kami semua tidak senang. Dan kecewa karena berakhir seperti ini”.
Pemimpin Kepulauan Solomon Jeremiah Manele sebelumnya mengatakan kepada ABC bahwa ia akan “kecewa” jika Australia tidak berhasil mengamankan acara tersebut.
Meski demikian, akan ada kelegaan di antara negara-negara yang saat ini bertemu di COP30 di kota Belém, Brasil, karena sebuah kompromi telah dicapai, mengingat kurangnya kesepakatan mengenai tempat penyelenggaraan mulai menjadi aib bagi PBB.
Australia telah berusaha keras untuk menyelenggarakan konferensi iklim di kota Adelaide, dengan argumen bahwa mereka akan menjadi tuan rumah bersama pertemuan tersebut dengan negara-negara kepulauan Pasifik yang dianggap paling rentan terhadap perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut.
Sementara itu, Turki, yang mengusulkan untuk menjadi tuan rumah COP31 di kota Antalya, merasa bahwa mereka memiliki alasan kuat untuk menjadi tuan rumah karena telah mengalah pada tahun 2021 dan mengizinkan Inggris untuk menyelenggarakan pertemuan di Glasgow.
Seandainya kedua negara tidak ada yang bersedia berkompromi, maka pertemuan tersebut akan diadakan di kota Bonn, Jerman, yang merupakan markas badan iklim PBB.
Sebagai hasil dari pembicaraan di COP30, sebuah kompromi tampaknya telah tercapai.
Ini mencakup pertemuan pra-COP yang akan diadakan di sebuah pulau di Pasifik, sementara acara utamanya diselenggarakan di Turki. Menteri Iklim Australia Chris Bowen akan menjadi presidennya.
AFP via Getty Images
Menteri Iklim Australia Chris Bowen akan menjabat sebagai presiden COP30.
“Jelas, akan lebih baik jika Australia dapat memiliki semuanya, tetapi kita tidak bisa memiliki semuanya,” kata Bowen kepada para wartawan di luar kantor delegasi Australia di Belém.
“Proses ini berjalan atas dasar konsensus, dan konsensus berarti jika ada yang menolak pencalonan kami, maka akan dialihkan ke Bonn.”
“Itu berarti 12 bulan tanpa kepemimpinan yang jelas, tanpa presiden COP yang menjabat, tanpa rencana; hal itu akan menjadi tidak bertanggung jawab bagi multilateralisme dalam lingkungan yang menantang ini.”
Bowen meyakini bahwa memiliki presiden COP yang bukan dari negara tuan rumah akan berhasil dan bahwa ia akan memiliki wewenang yang cukup besar yang disematkan kepada presiden pertemuan-pertemuan semacam ini.
“Sebagai presiden COP untuk perundingan, saya akan memiliki semua kekuasaan kepresidenan COP untuk mengelola, menangani perundingan, menunjuk ko-fasilitator, menyiapkan draf teks, dan mengeluarkan keputusan akhir,” ujarnya.
Ia juga mengonfirmasi kepada BBC bahwa Turki juga akan menunjuk seorang presiden yang akan menjalankan tugas terkait tempat penyelenggaraan, mengatur pertemuan, dan jadwal acara.
Langkah mundur Australia ini akan memalukan bagi pemerintahan Albanese, setelah melakukan lobi yang panjang dan keras untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara lain dalam kelompok Eropa Barat.
Kompromi ini harus disahkan oleh lebih dari 190 negara yang berkumpul di sini untuk COP30.
Mengingat sulitnya mencapai kompromi ini, kecil kemungkinan akan ada keberatan.