Alasan Kegagalan Restrukturisasi Perusahaan Sejak Awal

Sebagian besar upaya perbaikan perusahaan gagal sebelum dimulai. Ini bukan karena kondisi pasar atau strategi yang salah, tapi karena para pemimpin tidak mau memulainya. Mengatasi hambatan psikologis adalah tantangan pertama yang harus dihadapi.

Menghadapi Ketakutan Akan Perubahan

Dulu, perbaikan perusahaan adalah hal yang jarang. Biasanya terjadi pada perusahaan yang tertinggal selama bertahun-tahun. Atau, karena satu gangguan besar yang memaksa pemimpin untuk bertindak cepat.

Tapi sekarang, perubahan terjadi sangat cepat. Inovasi terus berjalan, informasi mengalir deras, dan teknologi semakin pintar. Perusahaan harus beroperasi di lingkungan yang selalu bergerak.

Jadi, alih-alih ada satu panggilan besar untuk berubah, para eksekutif sekarang mendengar banyak alarm kecil yang terus berbunyi. Dalam kondisi ini, kinerja buruk jadi mudah dianggap sebagai efek samping dari hal-hal di luar kendali. Misalnya, "Penjualan turun karena tarif" atau "Target laba tidak tercapai karena siklus pasar."

Sebenarnya, sadar atau tidak, para pemimpin menghindari perubahan karena takut mengganggu keadaan yang sudah ada. Perbaikan bukan cuma soal kinerja, tapi sudah jadi masalah psikologis. Anda tidak bisa kalah dalam balapan yang tidak pernah Anda ikuti, dan Anda tidak bisa gagal dalam perbaikan yang tidak pernah terjadi.

Kata "perbaikan" dianggap tabu di beberapa tim kepemimpinan. Mengatakan perlu perbaikan seperti memulai waktu dan memberi target di punggung mereka. Itu adalah pengakuan berani bahwa keadaan sedang tidak baik-baik saja. Di dunia saat ini, hal ini bisa menakutkan karena pergantian eksekutif sangat tinggi dan para investor semakin aktif mendorong perubahan.

Ketika usaha kecil tidak cukup, para pemimpin harus maju dan menunjukkan "seni dari hal yang mungkin." Tapi sorotan sangat terang, dan beban ekspektasi seringkali terlalu berat.

MEMBACA  Stasiun Docking Mini Ini Menambahkan 12 Port Ke Laptop Anda, Dan Diskon 40% Untuk Black Friday Awal

Hasilnya adalah "perbaikan semu" yang takut-takut dan tidak mencapai perbaikan yang diperlukan.

Mengatasi Rasa Takut akan Perubahan

Seperti proses pemulihan apa pun, langkah pertama bagi pemimpin yang ragu adalah mengakui bahwa perusahaan mereka punya masalah atau tujuan. Mereka harus menyadari bahwa perbaikan bisa membantu perusahaan — jika saja mereka cukup berani.

Efek ini terlihat di industri maskapai penerbangan, yang sangat terdampak pandemi. Beberapa maskapai cepat menyadari krisis, berpindah dari penyangkalan ke penerimaan dalam satu atau dua bulan, dan mengambil langkah berani untuk memotong biaya. Yang lain berada dalam penyangkalan selama empat, enam, bahkan sembilan bulan, hanya mengambil tindakan terbatas.

Mengakui perlunya perbaikan bisa dibantu dengan latihan mental sederhana. Seringkali, eksekutif melebih-lebihkan bahaya yang mereka hadapi saat membuat perubahan, sambil mengabaikan biaya kelambanan.

Dengan membedakan risiko nyata dan yang hanya terasa, manfaat dari bertindak — bahkan jika gagal — menjadi lebih jelas. Perusahaan yang mencoba mengurangi biaya 20% dan gagal, setidaknya tidak lebih buruk dari sebelumnya.

Dari sana, mengatasi hambatan psikologis bukan lagi tugas individu, tapi kewajiban bersama. Kesuksesan bergantung pada persatuan dan perilaku bersama. Ini bisa terlihat seperti:

  • Tentukan urutan perbaikan untuk memaksimalkan manfaat dan mengurangi risiko. Fokus pada keuntungan yang mudah dicapai lebih dulu, tunda risiko kritis hingga organisasi siap, dan sederhanakan fokus.
  • Ubah bahasa dan nada untuk membuat perubahan lebih mudah diterima. Kata "perbaikan" terasa negatif. Ganti dengan kata seperti "pembaruan" atau "menyambut masa depan" untuk menciptakan narasi peluang dan optimisme.
  • Perkuat keselarasan dengan Dewan Direksi. Semua anggota Dewan dan pemimpin harus berada di sisi yang sama. Komunikasi yang jelas dan sering mengubah kemenangan sebagian menjadi kemajuan, bukan kegagalan.
  • Bingkai perbaikan sebagai "olahraga tim". Perbaikan yang paling sukses membutuhkan perubahan perilaku di semua tingkat. Kembangkan cerita bersama, target yang jelas, dan transparansi antar departemen.
  • Terima sedikit ketidakpastian. Para pemimpin tidak punya semua jawaban di awal. Menciptakan budaya yang menerima ketidakpastian memberi kebebasan untuk mengeksplorasi peluang.

    Praktik-praktik ini menciptakan budaya yang tidak hanya meningkatkan efektivitas perbaikan, tetapi juga membantu perusahaan merespons lanskap yang terus berubah.

    Daripada menjadi hal yang menakutkan, perbaikan dan perubahan menjadi kenyataan bisnis yang wajar dan berkelanjutan. Dengan begitu, perusahaan tidak hanya bisa memulai balapan — mereka bisa memenangkannya.

    Hambatan terbesar untuk perbaikan bukanlah pasar — tapi pola pikir. Saat para pemimpin menemukan keberanian untuk menghadapi kenyataan dan memulai balapan, mereka sudah menyelesaikan bagian tersulit. Karena dalam bisnis, seperti dalam hidup, momentum dimulai pada saat Anda berani memulai.

MEMBACA  Sisi Samping yang Diminati yang Bisa Anda Lakukan dari Rumah - Beberapa Dapat Membayar hingga $100 per Jam