Sepak bola punya satu hukum ga tertulis: tim terbaik tidak selalu yang menang. Skuad penuh bintang bisa kalah sama tim yang gak diunggulin, dan sejarah pun berubah untuk selamanya.
Beberapa generasi emas datang dengan ekspektasi besar di Piala Dunia, tapi pulang tanpa trofi. Ini dia lima generasi terbaik yang gagal meraih mahkota paling bergengsi.
1. Portugal (2000–2006)
Generasi Emas Portugal ini lahir dari dua gelar Piala Dunia U-20 (1989 & 1991). Waktu pemainnya naik ke tim senior, Portugal punya banyak bintang kayak Luís Figo, Rui Costa, Deco, dan Cristiano Ronaldo yang masih muda.
Mereka masuk semifinal Euro 2000, final Euro 2004 (tapi kalah sama Yunani di kandang sendiri), dan berhenti di semifinal Piala Dunia 2006—kalah lagi sama Prancis. Masa keemasan yang seharusnya bawa gelar, malah berakhir dengan tangan kosong.
2. Hongaria (1950–1956): ‘Mighty Magyars’ yang Bikin Sejarah Bersedih
Jarang ada tim yang sedominan Hongaria jaman Puskás. Mereka cuma kalah sekali dalam enam tahun, dan itu terjadi di partai paling penting: final Piala Dunia 1954 lawan Jerman Barat. Kekalahan tragis itu dikenal sebagai The Miracle of Bern.
Dengan pemain legendaris kayak Puskás, Sándor Kocsis, dan Nándor Hidegkuti, mereka ubah wajah sepak bola. Tapi, revolusi politik tahun 1956 pecah-belah tim dan akhiri era yang seharusnya bisa menang satu atau lebih gelar Piala Dunia.
3. Inggris (2001–2010): Generasi Emas yang Tidak Jadi Juara
Era Beckham, Gerrard, Lampard, Scholes, Rooney, Ferdinand, dan Terry dianggap sebagai generasi paling bagus yang Inggris punya. Tapi, mereka gak pernah bisa lewat perempat final Piala Dunia.
Banyak yang bilang kegagalan ini karena: taktik yang gak cocok, ego pemain dari klub besar, dan tekanan berlebihan dari sebutan "Generasi Emas". Pep Guardiola pernah bilang, dia gak paham gimana skuad sehebat itu bisa gagal.
4. Belanda 1970-an: Total Football Tanpa Gelar
Kalau ada tim tanpa gelar tapi tetap legendaris, itu adalah Belanda jaman Johan Cruyff. Di bawah pelatih Rinus Michels, sepak bola Belanda bikin revolusi. "Total Football" mereka—penuh rotasi, fleksibel, dan indah—bikin dunia kagum.