Kamis, 13 November 2025 – 17:11 WIB
Jakarta, VIVA – Kementerian ESDM melalui Plt. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Tri Winarno, melaporkan bahwa dari total 107 gigawatt (GW) pembangkit listrik di Indonesia, porsi pembangkit berbasis energi terbarukan atau energi bersih mencapai 14,4 persen. Angka ini setara dengan 15,47 GW.
"Dari total angka tersebut, tenaga air masih menjadi tulang punggung dengan kontribusi lebih dari 7 persen," kata Tri dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, Kamis (13/11).
Dia merincikan komposisinya, yang terdiri dari tenaga air sebesar 7,1 persen (7,57 GW), pembangkit listrik tenaga biomassa sebesar 3 persen (3,17 GW), dan pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar 2,6 persen (2,74 GW). Kemudian disusul oleh tenaga surya sebesar 1,3 persen (1,37 GW), tenaga bayu (angin) sebesar 0,1 persen (0,15 GW), dan EBT lainnya sekitar 0,3 persen (0,47 GW).
Tri mengatakan data ini mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya EBT yang sangat besar. Namun, masih diperlukan percepatan agar bisa setara dengan negara-negara maju.
"Struktur dalam sistem pembangkit kita masih menunjukkan ketergantungan kepada energi fosil, khususnya batu bara," ujarnya.
Komposisi PLTU batu bara tercatat sebesar 55,1 persen atau 59,07 GW. PLTU ini diperlukan sebagai pembangkit base load yang beroperasi 24 jam. Sementara itu, pembangkit berbahan bakar gas memiliki porsi 24,5 persen (26,28 GW) untuk menopang kebutuhan listrik di kota besar dan menjaga keandalan sistem. Pembangkit diesel memegang porsi 6 persen (6,41 GW).
"Dari kapasitas terpasang saat ini, sebetulnya 14,4 persen dari EBT yang saya sampaikan tadi masih relatif kecil," pungkasnya.