Dewan Perwakilan Rakyat yang dikuasai Partai Republik diprediksi akan menyetujui RUU anggaran untuk membuka kembali pemerintah federal AS dalam beberapa hari ke depan.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut berakhirnya *shutdown* pemerintah sebagai “kemenangan besar” setelah Senat menyetujui *bill* untuk mendanai lembaga-lembaga federal.
Trump memberikan selamat kepada Ketua DPR dari Partai Republik Mike Johnson dan Pemimpin Mayoritas Senat John Thune pada hari Selasa untuk RUU pendanaan yang akan segera disahkan.
Rekomendasi Cerita
*daftar 3 item*
*akhir daftar*
“Selamat untuk Anda, John, dan semua pihak atas kemenangan yang sangat besar ini,” ujar Trump kepada Johnson dalam acara Hari Veteran.
“Kita membuka kembali negara kita — seharusnya tidak pernah ditutup.”
Komentar presiden AS tersebut mengisyaratkan bahwa ia memandang krisis *shutdown* ini sebagai kemenangan politik bagi Partai Republik, yang akan mengakhiri kebuntuan anggaran di Kongres tanpa memenuhi tuntutan utama Demokrat: memperpanjang subsidi kesehatan.
Senat menyetujui RUU pendanaan pada Senin malam dengan *vote* 60-40, di mana delapan anggota kaukus Demokrat mendukung proposal tersebut.
Dewan Perwakilan Rakyat yang dikendalikan Partai Republik diperkirakan akan mengesahkan anggaran dalam hari-hari mendatang untuk mengakhiri *shutdown* yang menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS. Dengan asumsi DPR menyetujui RUU ini, selanjutnya akan dikirim ke meja Trump, dan presiden diperkirakan akan menandatanganinya menjadi undang-undang.
Dalam sistem AS, Kongres bertugas mendanai pemerintahan.
Jika anggota parlemen gagal mengesahkan anggaran, pemerintah federal memasuki mode *shutdown*, di mana sebagian besar pegawai tidak dibayar dan pekerja non-esensial dipulangkan.
*Shutdown* kali ini bermula pada 1 Oktober.
Partai Republik mengontrol DPR, Senat, dan Gedung Putih, namun mayoritas tipis mereka di Senat sebelumnya menghalangi upaya mengesahkan *continuing resolution* untuk membiayai pemerintah.
Di Senat yang memiliki 100 kursi, legislasi utama umumnya harus disahkan dengan minimal 60 suara untuk mengatasi *filibuster* — prosedur legislatif yang memungkinkan partai minoritas memblokir RUU yang tidak disetujui.
Kaukus Demokrat menguasai 47 kursi di majelis tersebut, yang memungkinkan mereka untuk secara sukses menerapkan *filibuster* hingga *vote* yang memecah belah minggu ini.
Hingga Senin, Demokrat sebagian besar bersatu dalam menentang RUU pendanaan Republik. Mereka sebelumnya bersikeras hanya akan menyetujui pendanaan pemerintah jika RUU mencakup ketentuan memperpanjang subsidi kesehatan di bawah *Affordable Care Act*, yang akan berakhir pada akhir tahun.
Subsidi tersebut, menurut argumen Demokrat, membantu jutaan warga Amerika membayar asuransi kesehatan mereka.
Akan tetapi Trump telah mengancam akan meningkatkan tekanan terhadap Demokrat dengan memotong program-program yang dikaitkan dengan partai mereka.
Selama *shutdown*, misalnya, Trump berusaha menahan tunjangan makanan untuk keluarga berpenghasilan rendah — kebijakan yang sedang digugat di pengadilan.
Krisis *shutdown* juga mengakibatkan keterlambatan dan pembatalan penerbangan di seluruh negeri akibat kekurangan pengatur lalu lintas udara yang tersedia, yang bekerja tanpa dibayar.
Vote Senat pada hari Senin membuka jalan untuk penyelesaian krisis. Namun hal ini memicu perpecahan internal di kalangan Demokrat, dengan sebagian partai menyuarakan kekecewaan terhadap senator yang mendukung RUU tersebut.
Isu ini juga mengintensifkan kritik terhadap Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer, yang menolak proposal namun gagal menjaga kaukusnya tetap bersatu dalam penolakan.
“Sen. Schumer telah gagal menjawab tantangan zaman dan tidak selaras dengan rakyat Amerika. Partai Demokrat membutuhkan pemimpin yang berjuang dan memberikan hasil untuk kaum pekerja,” ujar Anggota Kongres Rashida Tlaib dalam *posting* media sosial pada hari Senin.
“Schumer seharusnya mengundurkan diri.”
Senator John Fetterman, salah satu Demokrat paling konservatif di Senat, membela *vote*-nya pada hari Selasa.
“Ketika Anda menghadapi kekacauan yang massif, saya rasa kita tidak seharusnya merespons dengan kekacauan tambahan, atau melawan dengan lebih banyak kekacauan,” kata Fetterman kepada acara bincang-bincang ABC The View. “Tidak, kita harus menjadi partai yang tertib dan logis.”