Aktris pemenang Oscar, Reese Witherspoon, ngakui kalo dia belajar untuk lebih santai sekarang. Tapi, kesuksesan dia naik sebagian berkat sesuatu yang rumit: perasaan cemas.
"Aku mungkin sukses karena aku punya banyak kecemasan. Keduanya berjalan beriringan," kata dia kepada Harper’s Bazaar UK.
Bintang Legally Blonde ini mulai karirnya dari umur muda—tampil di iklan sejak umur 7 tahun—dan terus kerja sejak saat itu. Witherspoon juga mendirikan perusahaan media sendiri, Hello Sunshine, yang dijual seharga $900 juta ke dua mantan eksekutif Disney di tahun 2021. Sampai sekarang, kekayaan bersihnya diperkirakan mencapai setidaknya $440 juta.
Tapi, bintang berumur 49 tahun ini jujur bilang kalo perjalanan ke puncak punya harga emosional yang besar.
"Aku dulu menekan diriku sendiri sampai level ekstrem untuk tampil sempurna di kerja," ujarnya. "Sekarang kita semua tau, sempurna itu tidak mungkin dicapai. Aku dulu stress sekali untuk pekerjaanku, dan itu membawaku sangat jauh. Aku dihargai karena kecemasan dan perfeksionisku."
Setelah empat puluh tahun bekerja keras, Witherspoon bilang dia akhirnya melepaskan tekanan yang dulu dia berikan ke dirinya sendiri.
"Aku semakin tua dan mulai santai dengan pemikiran bahwa aku sudah cukup," katanya. "Aku sudah punya banyak keberuntungan, kesempatan kerja hebat, dan bekerja dengan orang-orang terhebat di dunia…"
Keinginan untuk jadi perfeksionis mendorong pemimpin top dari Hollywood sampai Silicon Valley
Witherspoon bukan selebriti pertama yang ngaitin kecemasan dengan kesuksesan di Hollywood. Aktor dan pengusaha Ryan Reynolds bilang sifat itu membantunya menghadapi tantangan dalam karir.
"Pekerjaanku sangat terbantu," katanya ke People Magazine tahun lalu. "Orang dengan kecemasan selalu mikir ke masa depan, ‘Bagaimana jika ini terjadi? Bagaimana jika itu terjadi?’"
Di luar dunia hiburan, tema kegagalan juga ada di pikiran pemimpin bisnis terkemuka dunia. CEO Nvidia, Jensen Huang, yang perusahaannya bernilai $4.9 triliun, menurut penulis biografinya, punya ketakutan akan kegagalan yang jadi bahan bakarnya.
"Ini adalah bensinnya," kata Stephen Witt ke CNBC bulan Juni. "Apa yang membuatnya terus berjalan adalah kecemasan ini."