Presiden Donald Trump telah merobohkan sayap timur Gedung Putih, mengagetkan para pelestari sejarah dan memicu kemarahan nasional dalam upayanya membangun balairung baru seluas 8.400 meter persegi seperti yang diklaimnya.
Di tengah kritik atas proyek bernilai $300 juta ini, para pendukung Trump justru mengangkat renovasi Gedung Putih era Obama untuk menunjukkan bahwa kemarahan publik kali ini tidak berdasar.
Rekomendasi Cerita
“Laporan CNN tahun 2010: Renovasi Gedung Putih senilai $376 juta di masa Administrasi Obama,” bunyi postingan X pada 22 Oktober yang membagikan klip berita CNN. “Di mana kemarahan Demokrat saat itu?”
Postingan X lainnya menyatakan, “BREAKING: Netizen mengungkap klip CNN 2010 yang menunjukkan renovasi Gedung Putih Obama senilai $376M—semua dibiayai pembayar pajak. Sementara balairung Presiden Trump senilai $250M danai dari kantong pribadi.”
Memang Obama menjadi presiden selama renovasi Gedung Putih berlangsung, namun terdapat perbedaan signifikan antara proyek tersebut dengan rencana Trump.
CNN melaporkan pada 2010 bahwa Kongres menyetujui pendanaan renovasi pada 2008 usai laporan pemerintah di era Presiden George W. Bush menemukan perlunya peningkatan sistem pipa air dan kelistrikan. Pembaruan ini mencakup sistem pemanas, pendingin, dan alarm kebakaran yang belum diubah sejak 1902 atau 1934.
Bob Peck, komisaris Layanan Gedung Publik di masa itu, mengungkapkan Gedung Putih kerap mengalami pemadaman listrik dan kebocoran pipa.
Renovasi Obama sebagian besar terjadi di area bawah tanah dan interior gedung. Terpisah, keluarga Obama pada 2009 merenovasi dan mendekorasi ulang interior tanpa dana publik—biaya ditutup royalti buku dan sumbangan pribadi. Obama juga mengubah lapangan tenis menjadi lapangan bola basket.
Sebaliknya, pembongkaran Sayap Timur dan pembangunan balairung Trump tidak memperoleh persetujuan dari lembaga federal yang mengawasi konstruksi gedung pemerintah. Trump mengklaim proyek ini akan meningkatkan kapasitas Sayap Timur dari 200 menjadi 999 orang.
Gedung Putih awalnya menyebut anggaran proyek $200M, namun Trump kemudian menyatakan menjadi $300M yang didanai donasi. The Washington Post melaporkan donor termasuk Amazon, Google, Meta, dan Microsoft.
“Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dalam segala hal yang salah, termasuk bahwa publik Amerika sama sekali tidak diberi tahu tentang rencana Presiden,” ujar Sara Bronin, profesor hukum di George Washington University.
Priya Jain, ketua Komite Konservasi Warisan Sejarah Arsitektur, menolak menyebut proyek Trump sebagai renovasi. “Ini adalah penghancuran total atas sebagian besar bangunan,” tegasnya.
Proyek Obama fokus pada renovasi, Trump merobohkan seluruh sayap
Renovasi era Obama dimulai 2010 dengan anggaran $376M untuk meningkatkan infrastruktur Sayap Timur dan Barat. Peck menegaskan pekerjaan berfokus pada utilitas bawah tanah yang vital bagi fungsi gedung.
Bloomberg News melaporkan renovasi tersebut merupakan pembaruan terbesar sejak era Presiden Truman (1948-1952), yang melakukan rekonstruksi menyeluruh akibat masalah struktural—sampai piano putrinya pernah jatuh menerobos lantai.
Para pelestari sejarah menyatakan proyek Trump akan menjadi perubahan eksterior pertama Gedung Putih dalam 83 tahun. Masyarakat Sejarah Arsitektur menekankan perubahan signifikan pada bangunan bersejarah semestinya melalui proses desain dan tinjauan yang ketat.
Sejak kembali menjabat, Trump juga menambahkan aksen emas di Ruang Oval dan mengaspal taman mawar—proyek terakhir diawasi Dinas Taman Nasional.
Perbedaan persetujuan lembaga federal pada proyek kedua presiden
Dalam rapat Komisi Perencanaan Ibu Kota Nasional September lalu, ketua komisi yang ditunjuk Trump—Will Scharf—menyatakan lembaga tidak memiliki yurisdiksi atas pekerjaan demolisis, hanya konstruksi vertikal. Rapat November mendatang belum pasti akibat shutdown pemerintah.
PolitiFact menelusuri database persetujuan renovasi Obama di komisi tersebut, namun tidak menemukan catatan sebelum 2012. Upaya konfirmasi terhambat penutupan lembaga.
Meski Gedung Putih bebas dari Section 106 UU Pelestarian Sejarah 1966—yang mewajibkan pertimbangan aspirasi publik—para presiden biasanya tetap transparan. Komisi Perencanaan Nasional dan Komisi Seni Rupa sebelumnya menyetujui renovasi fasilitas tenis Trump di masa jabatan pertamanya.
“Yang terpenting, tidak ada satupun proyek sebelumnya yang melibatkan penghancuran bangunan bersejarah,” tegas Jain.
Kolonnade Timur dan Sayap Timur masing-masing dibangun 1902 dan 1942. Menurut pedoman Dinas Taman Nasional, kedua struktur semestinya dinilai signifikansi historisnya sebelum dibongkar.
Peneliti PolitiFact Caryn Baird berkontribusi pada laporan ini.