Gambar di sertakan
Baru aja beberapa tahun sejak pembayaran pakai kartu jadi lebih populer daripada uang tunai. Tahun ini, uang tunai ada di peringkat ketiga cara bayar paling sering dipakai, di belakang kartu kredit dan kartu debit. Itu kata laporan 2025 Diary of Consumer Payment Choice dari Federal Reserve.
Dan anak-anak Gen Z yang paling depan buat ganti uang tunai ke kartu. Hasil dari survei Cash App/Harris Poll yang keluar Kamis kemarin nunjukkin lebih dari setengah Gen Z cuma pake uang tunai kalo terpaksa banget. Hampir sepertiga bilang orang yang bayar pake tunai itu ketinggalan jaman atau aneh. Survei Harris Poll itu nanya lebih dari 2.000 orang dewasa di AS.
Beberapa anak Gen Z sampe enggak mau belanja di toko yang cuma terima uang tunai, menurut forum Reddit Gen Z tahun 2024.
"Saya udah enggak bawa dompet lagi, saya bawa KTP di case HP aja. Saya pake Apple Pay untuk semua," tulis satu user. "Beberapa kali saya berdiri di ATM beberapa bulan ini, saya selalu diganggu orang yang minta saya tarik uang buat mereka. Jadi saya males ribetnya narik uang."
Konsumen muda lain bilang sebenarnya enggak ada untungnya pake uang tunai dan ngeluh kalo narik uang itu buang-buang waktu.
"Ngapa saya harus pergi ke ATM, narik uang, pake itu buat bayar, terus catat sendiri buat apa uangnya, padahal bisa gesek kartu aja?" tanya satu user LinkedIn waktu kasih komen tentang laporan Cash App.
Dari 48 pembayaran per bulan yang rata-rata dilakukan konsumen AS, cuma tujuh yang pake tunai, kata studi Federal Reserve tadi. Itu artinya "penggunaan tunai mungkin udah mentok di titik terendah," kata Kathleen Young, wakil presiden eksekutif, dalam pernyataannya. Tapi, uang tunai tetap masih relevan karena ada di mana-mana, mudah diakses, dan tahan banting.
Kebiasaan Belanja Gen Z
Enggak cuma pembayaran pakai kartu debit dan kredit yang makin disukai Gen Z, layanan "beli sekarang, bayar nanti" (BNPL) juga. Layanan kayak Klarna, Affirm, dan "Pay in 4" dari PayPal ini jadi pilihan lain selain tunai. Cara kerjanya mirip kredit, pengguna bisa bayar belanjaan dengan cicilan, biasanya tanpa uang muka atau uang muka kecil. Ini sangat menarik buat konsumen yang sejarah kreditnya jelek atau belum punya kredit, karena perusahaan ini biasanya cuma melakukan pengecekan kredit ringan.
Contohnya, Sabrina Rozza (25 tahun) cerita ke Fortune’s Preston Fore kalo dia pake Afterpay buat bayar liburan ke Republik Dominika yang harganya $4,000. Dia bilang itu "alternatif yang bagus" dari kartu kredit karena dia bisa bayar uang muka dan mencicil sisanya selama enam bulan.
"Bener-bener bantu ngatur budget. Jujur aja, waktu itu penghasilan saya enggak cukup buat bayar penuh pakai kartu kredit," katanya. "Jadi, itu ngasih saya kelonggaran buat bisa pergi liburan yang emang saya pengen banget."
Dan studi terbaru dari J.D. Power nunjukkin betapa populernya BNPL di kalangan anak muda: Hampir setengah (42%) Generasi Y dan Z pake BNPL, dibandingkan 21% konsumen dari generasi lain. Tapi ada risiko tersembunyi pake layanan ini, kata para ahli. Konsumen bisa aja nyicil banyak hal sampe akhirnya bangkrut atau punya utang, mirip kayak utang kartu kredit yang bisa numpuk.
"Kami dengar cerita demi cerita tentang orang yang kelewat batas, jungkir-balik bayar cicilan ke berbagai perusahaan pinjaman dan bank," kata Rebecca A. Carter, pengacara dari LegalShield, dalam sebuah pernyataan. "Yang banyak orang enggak sadar adalah kalo kamu enggak disiplin atur jadwal bayar dan anggaran, itu bisa cepat banget jadi beban keuangan yang serius."