Artikel ini diproduksi oleh National Geographic Traveller (UK).
Suara berirama pahat bertemu kayu telah bergema di sepanjang jalanan Khiva selama berabad-abad. Para pengrajin dengan hati-hati mengukir motif-motif indah ke dalam pilar-pilar kayu tradisional, seperti yang menyangga istana dan masjid di seluruh Uzbekistan. Foto oleh Lorenz Berna
Aliran seni ukir kayu Khiva termasyhur karena pola islimi berlapisnya, di mana sulur dan dedaunan saling berkaitan. Keterampilan ini bertahan melalui generasi-generasi perajin kayu yang meneruskan pengetahuan mereka, menjaga warisan dekoratif Khiva tetap hidup. Foto oleh Lorenz Berna
Kayu-kayu lokal seperti kenari, aprikot, elm dan mulberry direndam dan diawetkan untuk memudahkan pengerjaannya. Foto oleh Lorenz Berna
(Baca panduan kami untuk Khiva: kapan berkunjung, tempat menginap, dan hal yang dapat dilakukan)
Kini, di dalam kota berpagar Khiva (yang dikenal sebagai Itchan Kala), bengkel-bengkel berfungsi sebagai sekolah hidup; para murid mempelajari desain, perforasi, ukiran dan penyelesaian. Foto oleh Lorenz Berna
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Kuliner di Khiva merupakan cerminan dari sejarah kota yang berlapis, memadukan bahan-bahan dan cita rasa yang dibawa sepanjang Jalur Sutra antara Tiongkok dan Mediterania. Foto oleh Lorenz Berna
Di warung-warung kaki lima, roti non segar, bagian esensial dari budaya bersantap Uzbekistan, keluar panas dan keemasan dari tandur. Foto oleh Lorenz Berna
Kue pastri goreng yang dikenal sebagai chebureki — camilan yang sering diisi dengan daging, keju atau kentang — juga populer. Foto oleh Lorenz Berna
Kehangatan dan perhatian yang dicurahkan dalam memasak dilengkapi oleh tekstil-tekstil cerah yang menghiasi restoran lokal dan chaikana (rumah teh), juga menampilkan pola-pola yang berakar pada identitas regional. Foto oleh Lorenz Berna
Iklan
Iklan
Iklan
Iklan
Berpakaian tradisional, para aktor menjaga semangat Jalur Sutra tetap hidup melalui pertunjukan yang terinspirasi dari warisan musik, puisi, dan ilmu pengetahuan Khiva. Foto oleh Lorenz Berna
Dulu merupakan pusat Islam utama dan rumah bagi lebih dari 60 monumen keagamaan, kota ini masih dihormati karena masjid dan madrasahnya, termasuk Makam Pahlavan Mahmud. Foto oleh Lorenz Berna
Di dekatnya, lampu-lampu mosaik merupakan contoh lain dari kerajinan tangan kota ini, menyinari kisah-kisah para mistikus, pedagang, dan cendekiawan. Foto oleh Lorenz Berna
(Telusuri destinasi lainnya dari National Geographic’s Best of the World 2026)
Telah diterbitkan dalam edisi National Geographic Traveller (UK) November 2025.
Untuk berlangganan majalah National Geographic Traveller (UK) klik di sini. (Tersedia hanya di negara-negara tertentu).