Berdasarkan pemberitaan media Rusia, keluarga Assad kini menetap dengan diam-diam di Moskow.
Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, akan menggunakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk secara formal meminta Moscow menyerahkan Bashar al-Assad guna menghadapi pengadilan atas tuduhan kejahatan terhadap rakyat Suriah, demikian disampaikan dua sumber Suriah kepada Reuters pada hari Rabu. Sharaa, yang pernah memimpin cabang Al-Qaeda di Suriah dan menggulingkan pendahulunya, Bashar al-Assad—seorang sekutu dekat Rusia—pada akhir tahun lalu, menyampaikan hal tersebut di awal pembicaraan di Kremlin dengan Putin dalam kunjungan pertamanya ke Rusia sejak berkuasa.
Kunjungan Sharaa ini bersifat sensitif. Rusia selama bertahun-tahun menggunakan kekuatan militernya untuk mendukung Assad melawan pemberontak Suriah, dan Moscow memberikan suaka kepada Assad beserta keluarganya saat mereka melarikan diri dari negara tersebut. Keluarga Assad disebutkan media Rusia kini hidup dengan low-profile di Moskow. Rusia bangga dapat melindungi sekutu asingnya dan kecil kemungkinan menyetujui penyerahan Assad kepada Damaskus. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin menyatakan bahwa Rusia memberikan perlindungan kepada Assad karena nyawanya berada dalam ancaman.
Sharaa, yang berharap memperoleh konsesi ekonomi dari Rusia—termasuk kelanjutan pasokan gandum dengan persyaratan menguntungkan dan kompensasi atas kerusakan perang—juga diperkirakan akan mendesak dukungan Moskow untuk menolak tuntutan Israel mengenai zona demiliterisasi yang lebih luas di Suriah selatan. Salah satu dari dua sumber tersebut menyebutkan Sharaa mungkin juga akan mengangkat isu redeploymen polisi militer Rusia sebagai penjamin terhadap perluasan encrouchment Israel lebih lanjut.
Sharaa menyatakan kepada Putin pada hari Rabu bahwa ia akan menghormati semua kesepakatan masa lalu antara negaranya dan Moskow, sebuah janji yang mengisyaratkan keamanan dua pangkalan militer utama Rusia di Suriah. "Terdapat hubungan bilateral dan kepentingan bersama yang mengikat kami dengan Rusia, dan kami menghormati semua perjanjian yang dibuat dengannya. Kami bekerja untuk mendefinisikan ulang sifat hubungan dengan Rusia," ujar Sharaa dalam bahasa Arab.
Putin menanggapi dengan menyatakan bahwa Moskow siap melakukan segala daya untuk merealisasikan apa yang disebutnya sebagai "banyak permulaan yang menarik dan berguna" yang telah didiskusikan kedua belah pihak dalam rangka memperbarui hubungan.
Proyek Minyak dan Pangkalan Militer di Suriah
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak usai pertemuan menyatakan kepada wartawan bahwa Moskow bersedia mengerjakan proyek-proyek minyak di Suriah dan membantu memulihkan energi, perkeretaapian, serta infrastruktur lain yang hancur selama perang saudara bertahun-tahun. Kedua pemimpin telah membahas hal ini secara panjang lebar. "Perusahaan-perusahaan Rusia telah lama berkarya di Suriah, di ladang-ladang minyak. Terdapat lapangan yang memerlukan pengembangan, yang ditangguhkan, dan lapangan baru. Kami siap berpartisipasi," ucap Novak.
Kremlin sebelum pertemuan menyatakan bahwa nasib dua pangkalan utama Rusia di Suriah—pangkalan udara Hmeimim di Provinsi Latakia dan fasilitas angkatan lautnya di Tartous—akan dibahas. Rusia juga memiliki kehadiran militer di bandara Qamishli, di timur laut dekat perbatasan Turki dan Irak.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin menyatakan bahwa Moscow percaya Damaskus menginginkan pangkalan militer tersebut tetap berdiri dan berbicara tentang penggunaannya sebagai hub logistik untuk menyalurkan bantuan ke Afrika.
Para pejabat Suriah dikabarkan mencari jaminan bahwa Rusia tidak akan membantu memersenjatai kembali sisa-sisa pasukan Assad, demikian seorang sumber Suriah sebelum pertemuan. Sumber yang sama menyebutkan Sharaa berharap Rusia juga dapat membantu membangun kembali angkatan bersenjata Suriah.