Pasar saham lagi bagus banget, naik lebih dari 35% sejak jual besar-besaran gara-gara tarif di bulan April. Karena naiknya banyak, banyak orang juga penasaran apa S&P 500, Nasdaq, dan Dow Jones akan lanjut naik di bulan Oktober.
Wajar aja investor penasaran. Oktober itu punya reputasi sedikit menakutkan karena bulan ini sering ada penurunan harga saham yang dramatis.
Misalnya, tanggal 19 Oktober 1987, indeks S&P 500 pernah turun 20,5% dalam satu hari, yang sangat menakutkan. Lalu indeks itu juga jatuh lebih dari 16% di Oktober 2008 pas masa Resesi Hebat.
Karena kejadian-kejadian besar itu, ga heran investor jadi nervous pas masuk bulan musim gugur. Saham memang turun tajam hari Jumat, 10 Oktober, dengan S&P 500 jatuh 2,7%—penurunan terdalam sejak April—setelah ada berita Presiden Trump nerapin tarif tambahan 100% buat China, mulainya lagi perang dagang.
2024: -0.99%
2023: -2.20%
2022: 7.99%
2021: 6.91%
2020: -2.77%
Nah, ini bawa kita ke pertanyaan trivia hari ini:
Berapa persen kah bulan Oktober sejak tahun 1950 di mana S&P 500 tutup lebih tinggi di akhir bulan?
Pilihan 1: 43%
Pilihan 2: 59%
Pilihan 3: 67%
Oktober bisa jadi bulan yang tricky untuk return pasar saham.
Kalau kamu pilih 59%, selamat!
Walaupun Oktober dikenal punya penurunan yang luar biasa, bulan ini sering jadi titik balik pasar yang signifikan karena kerugian bisa jadi dasar untuk keuntungan di bulan-bulan berikutnya.
Secara keseluruhan, Laporan Stock Trader’s Almanac bilang S&P 500 naik 59% dari total Oktober sejak 1950, dengan kenaikan rata-rata 0,9%. Itu cukup buat nempatin Oktober di peringkat ke-7 bulan terbaik untuk return S&P 500.
Tapi, return-nya relatif kecil dibanding bulan lain seperti November, yang secara historis bulan terbaik untuk pasar. November naik 69% dari waktu, dengan return rata-rata 1,9%.
Tentu saja, ga ada yang pasti di pasar, dan seperti yang sering kita dengar, masa lalu tidak menjamin masa depan.
Oktober adalah waktu yang bagus untuk beli
Tapi, return historis Oktober menunjukkan bahwa kalau pasar terus turun, mungkin ga akan lama, soalnya November, Desember, dan Januari biasanya bulan yang kuat untuk return S&P 500 historis. Karena ini, banyak yang lihat penurunan di Oktober sebagai kesempatan beli saat harga murah.
Walaupun kemungkinan besar beli saat lemah di Oktober menguntungkan, pasti ada halangan yang bisa pengaruhi saham kali ini.
S&P 500 bisa dibilang harganya sudah mahal, soalnya rasio harga terhadap pendapatan (rasio p/e) indeks ini adalah 22,8, level yang secara historis biasanya diikuti return yang biasa-biasa aja.
Ada juga risiko bahwa perang dagang dengan China bisa eskalasi lagi, memaksa investor untuk memikir ulang pertumbuhan pendapatan dan laba perusahaan. Presiden Trump mungkin pakai tarif 100%-nya sebagai alat tawar yang bisa dicabut kalau Presiden China Xi Jinping mau bekerja sama soal ekspor tanah jarang. Tapi, kalau aksi saling balas tarif ternyata berlangsung lebih lama, kita bisa lihat saham turun lebih dalam.
Terakhir, mulai ada retakan di perekonomian, terutama di data pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah 4,3% di Agustus, yang tertinggi sejak 2021, dan meski kita belum punya data September karena shutdown di DC, data dari Bank of America dan ADP menunjukkan situasi pekerjaan memburuk bulan lalu.
Kelemahan ini, bagaimanapun, adalah alasan utama di balik keputusan Fed untuk memotong suku bunga di September sebesar seperempat poin persen. Dan kemungkinan Fed akan turunkan suku bunga lagi sebesar seperempat poin pada 29 Oktober. Alat FedWatch dari CME saat ini memberi kemungkinan pemotongan 0,25% sebesar 98%.
Pemotongan suku bunga akan bantu para peminjam dan umumnya bagus untuk laba perusahaan karena itu menurunkan pembayaran bunga. Tapi, kalau pemotongan itu tidak cukup, perlambatan ekonomi — dan kekhawatiran sebelum itu terjadi — bisa jadi penghambat besar untuk kenaikan lebih lanjut.