Menteri Serahkan Bantuan untuk Keluarga Korban Tragedi Pesantren Al Khoziny

Surabaya (ANTARA) – Menteri Sosial Saifullah Yusuf memberikan santunan kepada keluarga dari 17 santri Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, pada hari Sabtu (11 Okt).

Penerima bantuan adalah keluarga dari 17 santri yang meninggal dunia dengan tragis ketika mushola (ruang salat) di Pesantren Al Khoziny roboh pada 29 September 2025.

Acara ini berlangsung dalam acara Tahlil Akbar Syuhada Al Khoziny di gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.

“Alhamdulillah, kita bisa berkumpul untuk berdoa bersama dalam menghadapi musibah ini. Dari awal, Presiden sudah menunjukkan perhatian yang besar terhadap bencana di Al Khoziny dan pemulihannya. Sebagai Mensos, tugas saya adalah memberikan dukungan kepada keluarga, termasuk santunan, jaminan sosial, bantuan pemulihan, dan program pemberdayaan,” ujar Mensos Saifullah Yusuf.

Menteri didampingi oleh KH Abdul Matin Djawahir, Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim; KH Abdul Salam Mujib, pengasuh Ponpes Al Khoziny; dan HA Jazuli, Asisten Administrasi Umum Sekda Jatim, yang mewakili Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Setiap keluarga menerima bantuan sosial senilai Rp 15 juta beserta paket sembako.

Acara dimulai dengan pembacaan Al-Qur’an, termasuk Surat Yasin dan doa Tahlil. Mensos Saifullah Yusuf menyampaikan bahwa santunan tahap awal dibagikan kepada keluarga dari Surabaya, dilanjutkan penerima di Madura, Sidoarjo, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan daerah lain di luar Jawa.

“Kemarin, saya menjenguk dua korban yang selamat, Syehlendra Haical Aditya dan Syaifur Rosi Abdillah, di RSUD Sidoarjo. Keduanya kehilangan kaki dalam kecelakaan itu. Sebagai sesama santri, saya memberikan semangat agar mereka tetap sabar, ikhlas, dan kuat menghadapi cobaan ini, karena sebagai santri kita belajar menerima tantangan sebagai pelajaran dan nasihat,” kata Menteri.

MEMBACA  Sabar/Reza Lolos ke Final Macau Open 2025 Setelah Kalahkan Wakil Taiwan

Dalam hal penanganan bencana, Menteri menjelaskan bahwa pemerintah mengikuti prosedur standar operasi (SOP) yang terdiri dari tiga tahap: evakuasi, tanggap darurat, dan rekonstruksi/rehabilitasi.

Pada fase pemulihan, PWNU Jawa Timur diharap bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Jatim untuk melakukan audit keselamatan bangunan pesantren. Selain santunan, Kementerian Sosial (Kemensos) juga memberikan dukungan pemberdayaan dan psikososial kepada keluarga korban, termasuk bantuan modal usaha dan pelatihan keterampilan yang disesuaikan dengan potensi mereka.

“Untuk memberikan bantuan yang tepat, Kemensos melakukan asesmen terhadap kebutuhan spesifik setiap keluarga. Misalnya, ada yang ingin buka usaha kecil. Kami asesmen dulu, lalu berikan pelatihan dan modal,” ujar Menteri.

Bagi korban yang mengalami disabilitas, Kementerian bekerja sama dengan Komisi Nasional Disabilitas (KND) untuk menyediakan alat bantu yang diperlukan, seperti protese, kursi roda, dan tongkat.

“Yang paling penting adalah memberi semangat kepada para santri kita agar tetap termotivasi. Tragedi ini bukan akhir segalanya, tapi awal yang baru, dan kita harus bantu mereka membangun masa depan yang lebih baik dan meraih kesuksesan,” tambahnya.

KH Abdul Matin Djawahir, Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim, menyatakan bahwa santri yang meninggal dianggap sebagai syuhada.

“Insha Allah, para santri Al Khoziny yang wafat dalam musibah ini adalah syuhada. Meski kita merasa sedih, mereka telah masuk surga. Musibah ini mengajarkan kita untuk menerima cobaan dalam hidup,” ujarnya.

Berita terkait: Polisi identifikasi 50 korban tragedi pesantren Al Khoziny

Penerjemah: Wili, Azis Kurmala
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025