Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan rekannya dari India, Narendra Modi, menyebut kesepakatan dagang terkini antarnegara mereka sebagai sesuatu yang transformatif. Kemitraan ini diklaim telah mulai membuahkan hasil.
Britania Raya dan India menandatangani perjanjian dagang pada Juli lalu yang bertujuan mengurangi tarif untuk berbagai barang, mulai dari tekstil hingga wiski, mobil, dan rempah, serta memberikan akses pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha. Sasaran yang dicanangkan adalah mendorong peningkatan nilai perdagangan sebesar 25,5 miliar pound sterling (USD 34 miliar) pada tahun 2040.
Pertemuan Starmer dan Modi berlangsung Kamis di Mumbai, di mana PM Inggris beserta lebih dari 100 pimpinan dari sektor bisnis, budaya, dan universitas di Britania Raya tengah menyelesaikan misi dagang dua hari ke India.
“Dalam tiga bulan sejak penandatanganan (perjanjian dagang) itu… kami telah menyaksikan peningkatan perdagangan dan investasi sebesar 6 miliar pound. Ini adalah tambahan di atas peningkatan yang telah terjadi dalam setahun terakhir,” ujar Starmer di hadapan para pemimpin bisnis dari kedua negara dalam Forum CEO India-Inggris di Mumbai.
Kedua negara berupaya menata ulang hubungan dagang mereka menyusul penerapan tarif oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pada Agustus lalu, AS memberlakukan tarif 50 persen atas barang-barang dari India sebagai respons terhadap perdagangan New Delhi dengan Rusia, khususnya impor minyak Rusia. Sementara itu, Britania Raya, yang telah mengamankan perjanjian dagang dengan Washington pada bulan Mei, juga dikenai tarif, meskipun dengan tingkat yang jauh lebih rendah.
Modi dalam forum tersebut menyatakan keyakinannya bahwa kedua negara akan melipatgandakan volume perdagangan dari angka saat ini sebesar USD 56 miliar, bahkan sebelum target waktu yang ditetapkan. Kunjungan Starmer disebutnya “mencerminkan energi dan visi baru yang luas” dalam kemitraan ini.
“Dinamika India dan keahlian Inggris menciptakan sinergi yang unik,” tutur Modi dalam bahasa Hindi.
Starmer menegaskan fokus kunjungannya adalah untuk mengoptimalkan potensi perjanjian dagang, yang diperkirakan mulai berlaku dalam waktu setahun. “Ini baru permulaan,” katanya kemudian dalam sebuah konferensi fintech. “Saatnya berinvestasi di Britania Raya, dalam hubungan ini, dan dalam masa depan bersama kita.”
Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri India menyebutkan kedua pihak sepakat mendirikan pusat konektivitas dan inovasi, serta pusat bersama untuk kecerdasan artifisial (AI). Mereka juga meluncurkan guild industri mineral kritikal untuk memperkuat rantai pasok dan memajukan teknologi hijau.
Sebelumnya, kantor Starmer mengumumkan bahwa 64 perusahaan India akan berinvestasi kolektif sebesar 1,3 miliar pound sterling (USD 1,73 miliar) di Inggris, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Hubungan India-Rusia
Meski keakraban terpampang di Mumbai, kedua negara tidak sejalan dalam beberapa isu kunci, termasuk perang Rusia-Ukraina. Usai Modi menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa, Starmer bergurau kepada wartawan bahwa ia tidak akan melakukan hal yang sama, mengingat dukungan kuat Inggris untuk Ukraina dan kecamannya terhadap invasi Rusia.
Ditanya apakah ia menyampaikan kekhawatiran kepada Modi mengenai pembelian minyak Rusia oleh India, Starmer menjawab mereka membicarakannya dan terutama melihat cara-cara untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, suatu hasil yang ia sebut “sama-sama kita inginkan”.
Pemerintah Inggris menyatakan menghormati kemandirian strategis India dan dapat bekerja sama dengan negara-negara yang pandangannya mungkin berbeda dalam hal-hal tertentu. Sebagai indikasi awal strategi tersebut dan upaya mempererat kerja sama pertahanan, Inggris mengumumkan penandatanganan kontrak senilai 350 juta pound sterling (USD 465 juta) untuk memasok tentara India dengan misil multiguna ringan yang diproduksi di Irlandia Utara. Tahap berikutnya dari kesepakatan, dengan nilai awal 250 juta pound (USD 332 juta), mencakup kolaborasi untuk pengembangan mesin bertenaga listrik bagi kapal angkatan laut.
Selama beberapa dekade, India bergantung pada Moskow untuk sebagian besar peralatan militernya. Sanksi Barat terhadap Rusia sejak invasi ke Ukraina justru mendorong negara tersebut ke dalam kemitraan dagang yang lebih dalam dengan India.
Pada Agustus lalu, India membalas AS dan Uni Eropa atas sanksi, tarif, dan ancaman yang mereka hadapi akibat pembelian minyak Rusia di tengah perang di Ukraina. “Sebagaimana ekonomi besar lainnya, India akan mengambil segala langkah perlu untuk melindungi kepentingan nasional dan keamanan ekonominya,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Randhir Jaiswal pada saat itu.
Jaiswal juga secara langsung menampik anggapan dari AS dan UE bahwa India—dengan membeli minyak mentah Rusia dalam volume besar—telah bertindak tidak selaras dengan perilaku Barat sendiri.
“Bahkan, India mulai mengimpor dari Rusia karena pasokan tradisional dialihkan ke Eropa setelah pecahnya konflik,” jelas Jaiswal, merujuk pada invasi penuh Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. “Amerika Serikat pada waktu itu secara aktif mendorong impor semacam itu oleh India untuk memperkuat stabilitas pasar energi global,” tambahnya.
(Al Jazeera)