Hanya sedikit hal di dunia ini yang lebih menyiksa daripada keracunan makanan. Kita pergi makan di luar untuk menikmati hidangan lezat, atau memasak di rumah. Perasaan senang dan kenyang, lalu… segalanya berubah menjadi buruk. Terkadang, secara harfiah.
Namun, ada kabar baik! Nasib sengsara ini mungkin segera bisa diatasi, berkat para ilmuwan di University of Maryland yang konon telah menciptakan vaksin untuk melindungi dari bakteri Salmonella, salah satu penyebab umum keracunan makanan dan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa.
Sejauh ini, para peneliti telah menguji vaksin mereka pada relawan manusia dalam uji klinis Fase I. Vaksin tersebut tidak hanya tampak aman dan dapat ditoleransi dengan baik, tetapi juga memicu respons imun yang kuat terhadap bakteri target.
"Temuan ini memberikan fondasi yang kuat untuk studi masa depan," kata rekan penulis studi, Myron Levine, profesor emeritus di Sekolah Kedokteran UM, dalam sebuah pernyataan. Hasilnya diterbitkan pada hari Rabu di Nature Medicine.
Ancaman yang Meluas
Ketika seseorang terinfeksi Salmonella, biasanya disebabkan oleh spesies bakteri tertentu yang disebut Salmonella enterica. Namun, ada banyak subtipe, atau serovar, dalam spesies ini. Satu subtipe yang terkenal (Salmonella Typhi) menyebabkan demam tifoid—bentuk keracunan makanan ekstrem yang mengakibatkan demam tinggi (oleh karena itu namanya), batuk, ruam, mual, lemas, dan diare, yang dapat berlangsung hingga sebulan dan memerlukan antibiotik khusus untuk pengobatan. Subtipe non-tifoid lainnya menyebabkan gejala keracunan makanan yang lebih khas, termasuk muntah, diare, dan sakit perut.
Sumber Salmonella yang paling umum adalah daging, unggas, telur yang kurang matang, atau buah dan sayuran yang tidak dicuci, serta kontak dengan orang yang terinfeksi. Tifoid menyebar dengan cara serupa, dan melalui air yang terkontaminasi urine atau feses orang yang terinfeksi.
Setiap tahunnya, lebih dari satu juta warga Amerika jatuh sakit karena Salmonella, dan puluhan ribu dirawat di rumah sakit akibatnya. Sebagian besar infeksi Salmonella tidak berlangsung lama—hanya beberapa hari atau seminggu—tetapi terkadang dapat menyebabkan penyakit parah yang berakibat fatal. Kasus parah ini cenderung terjadi ketika bakteri menyebar melampaui saluran pencernaan dan menyerang bagian tubuh lainnya. Mereka juga lebih mungkin terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun, lansia, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Vaksin yang dikembangkan tim ini menargetkan tiga subtipe Salmonella yang berbeda: bakteri penyebab demam tifoid dan dua subtipe lainnya yang merupakan sumber umum infeksi invasif pada anak kecil, terutama di daerah kurang berkembang di dunia.
Vaksin ini adalah vaksin konjugat, yang berarti menggabungkan antigen polisakarida (molekul gula, sederhananya) dari lapisan luar bakteri ini dengan protein pembawa yang meningkatkan kemampuan sistem kekebalan untuk mengenali bakteri tersebut. Vaksin ini saat ini menggunakan kode nama vaksin konjugat Salmonella trivalen, atau TSCV.
Harapan Awal
Para peneliti menguji TSCV dalam uji terkontrol kecil yang melibatkan 22 relawan dewasa sehat dari AS. Dua kelompok menerima dosis vaksin yang bervariasi, sementara kelompok ketiga diberikan plasebo.
Uji Fase I terutama dimaksudkan untuk menguji keamanan suatu obat atau vaksin, dan TSCV berhasil melewatinya dengan sangat baik. Vaksin terbukti aman, dengan kejadian buruk paling umum adalah nyeri di tempat suntikan. Yang penting, para peneliti juga mendeteksi respons imun terhadap ketiga subtipe pada semua relawan yang divaksinasi, termasuk produksi antibodi, yang menunjukkan bahwa TSCV bekerja seperti yang diharapkan.
Penting untuk dicatat, temuan ini didasarkan pada ukuran sampel yang kecil. Masih banyak pekerjaan yang diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas vaksin secara lebih luas. Namun, jika terus mencapai tonggaknya, TSCV bisa menjadi anugerah bagi dunia, terutama bagi orang-orang yang paling rentan terhadap infeksi Salmonella parah.
"Hasil ini sangat menggembirakan," kata peneliti utama Wilbur Chen, seorang profesor kedokteran di UM, dalam sebuah pernyataan. "Mereka menunjukkan bahwa TSCV memiliki potensi untuk melindungi anak-anak di daerah tempat tifoid dan Salmonella bersifat endemik dan mematikan."
Manfaat potensial TSCV bahkan bisa lebih dari itu. Subtipe yang ditargetkannya tidak hanya menyebabkan infeksi invasif, catat para peneliti, mereka juga termasuk galur Salmonella paling umum yang menyebabkan keracunan makanan di AS.
Meski demikian, selalu penting untuk menerapkan keamanan pangan dan kebersihan yang baik (cuci tangan Anda dan jangan masak ayam kurang matang!), akan sangat luar biasa mengetahui bahwa di masa depan, saat kita sedang asyik menyantap makanan, Salmonella bisa menjadi satu hal yang tidak perlu dikhawatirkan lagi.