Sebuah armada baru yang membawa bahan pangan dan pasokan medis menuju Jalur Gaza telah dihadang oleh pasukan Israel.
Armada yang terdiri dari sembilan kapal dan 150 orang tersebut dihentikan di perairan internasional, menurut keterangan dari Freedom Flotilla Coalition dan Thousand Madleens to Gaza yang bersama-sama menjalankan operasi ini.
“Upaya sia-sia lainnya untuk menerobos blokade laut yang sah dan memasuki zona pertempuran berakhir dengan kegagalan,” ujar kementerian luar negeri Israel.
Minggu lalu, militer Israel menghentikan konvoi bantuan berisi 42 kapal dengan 479 aktivis pro-Palestina di dalamnya. Sebagian besar dari mereka, termasuk aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, ditahan dan kemudian dideportasi, namun 138 orang masih tetap dalam tahanan.
Penyelenggara upaya baru ini awalnya menyatakan bahwa tiga dari kapal mereka telah dihadang pada dini hari Rabu, 120 mil laut dari pesisir Gaza.
Dalam hitungan jam, pelacak langsung menunjukkan bahwa kesemblian kapal telah dihentikan.
Pemerintah Israel menyatakan, “Kapal-kapal dan penumpang dialihkan ke sebuah pelabuhan di Israel. Semua penumpang dalam keadaan selamat dan sehat,” demikian pernyataan pemerintah Israel.
“Para penumpang diperkirakankan akan segera dideportasi.”
Kedelapan ratus lima puluh penumpang tersebut berasal dari berbagai negara, termasuk Turki yang kementerian luar negerinya menyebut intervensi ini sebagai “pelanggaran berat hukum internasional” dan “tindakan pembajakan”.
Militer Israel meluncurkan kampanye di Gaza sebagai bentuk tanggapan atas serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, di mana sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera.
Setidaknya 67.183 orang telah tewas dalam serangan-serangan Israel di Gaza sejak saat itu, menurut keterangan dari kementerian kesehatan setempat.
Israel telah memberlakukan blokade laut di lepas pantai Gaza sejak tahun 2007, ketika Hamas mengambil alih kendali atas Jalur tersebut.
Kementerian kesehatan Gaza yang dijalankan Hamas menyatakan setidaknya 460 warga Palestina telah meninggal akibat efek malagizi sejak perang dimulai, termasuk sejumlah besar di Kota Gaza, yang menjadi pusat kampanye militer Israel dalam beberapa pekan terakhir.
Integrated Food Security Phase Classification (IPC), yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengonfirmasi adanya kelaparan di Kota Gaza dan memperingatkan bahwa hal ini dapat menyebar dalam hitungan minggu.
Israel membantah temuan IPC tersebut. Mereka bersikeras bahwa tindakan mereka sesuai dengan hukum internasional dan memfasilitasi masuknya bantuan ke Gaza.