Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti mendorong para pelaku usaha, termasuk UMKM, untuk lebih aktif memanfaatkan perjanjian dagang Indonesia dengan masyarakat internasional.
Dalam pernyataan yang diterima di Jakarta pada Sabtu, Esti menyatakan bahwa globalisasi merepresentasikan keterkaitan antar bangsa-bangsa di seluruh dunia, dengan perdagangan sebagai sektor kunci yang diuntungkan.
"Meski dinamika geopolitik saat ini mengarahkan globalisasi ke arah multipolar, Indonesia tetap konsisten menjaga keterbukaan dan keterlibatan dengan dunia, sesuai prinsip politik luar negeri kita," ujarnya.
Berbicara di Milken Institute Asia Summit 2025 di Singapura pada Kamis (2 Okt), dalam sesi bertajuk “Bisakah Globalisasi Hebat Kembali? Berbisnis di Dunia yang Berubah,” Esti memaparkan strategi Indonesia dalam menghadapi tantangan global dengan memperluas akses pasar.
Dia menekankan bahwa Indonesia terus berupaya memperluas jangkauan pasar globalnya sejalan dengan komitmen terhadap keterbukaan perdagangan dan kerjasama ekonomi internasional.
“Indonesia sejauh ini telah memperluas akses pasar melalui 24 perjanjian dagang dengan 30 negara, termasuk Indonesia–EU CEPA, Indonesia–Canada CEPA – yang baru saja ditandatangani di Ottawa pada 24 September 2025 – dan Indonesia–Peru CEPA,” kata Esti.
Dia menambahkan bahwa Indonesia juga menjelajahi pasar non-tradisional, khususnya di Afrika, seperti Tunisia dan Mozambik, untuk beradaptasi dengan dinamika perdagangan global saat ini.
Nilai ekspor Indonesia dari Januari hingga Agustus 2025 naik 7,72 persen menjadi US$185,13 miliar dibandingkan periode yang sama di 2024. Selama waktu itu, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$29,14 miliar, menandai 64 bulan berturut-turut surplus.
“Kami tidak hanya fokus pada perluasan pasar tetapi juga mempromosikan ekspor dengan memperkuat perdagangan jasa di berbagai sektor, termasuk ritel, e-commerce, logistik, kesehatan dan perawatan, perbankan, pariwisata, seni kuliner, desain, fashion, dan konstruksi,” ujarnya.
Menurut Esti, diversifikasi semacam itu memastikan bahwa ekonomi dan perdagangan Indonesia tidak hanya bergantung pada barang.
Dia lebih lanjut menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan domestik dan keterbukaan global untuk memperkuat daya saing Indonesia.
Pendekatan ini, katanya, sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang berfokus pada industrialisasi hilirisasi, ketahanan pangan dan energi, serta pengembangan sumber daya manusia.
Wakil menteri itu menegaskan bahwa pemerintah terus menciptakan peluang bagi perusahaan domestik untuk tumbuh sambil melindungi mereka dari dampak buruk globalisasi.
“Fokus kebijakan pemerintah saat ini adalah pada pengembangan hilir di sektor industri, perkebunan, dan perikanan, yang dapat menghasilkan efek pengganda melalui penciptaan lapangan kerja dan transfer pengetahuan dan teknologi,” jelas Esti.
Dia juga mendorong pelaku usaha untuk terus berinovasi dan mematuhi standar perdagangan internasional agar, bersama pemerintah, dapat menciptakan iklim bisnis yang kondusif dan menarik investasi yang lebih besar.
Berita terkait: [Tautan berita tentang dukungan Indonesia untuk kerjasama ekonomi ASEAN-UE]
Berita terkait: [Tautan berita tentang strategi Kementerian untuk meningkatkan ekspor RI ke negara EFTA]
Penerjemah: Kelik Dewanto, Katriana
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025