Empat Prediksi Utama CEO Goldman Sachs David Solomon untuk Pasar dan Ekonomi dalam Beberapa Tahun ke Depan

David Solomon, CEO Goldman Sachs, bilang dia merasa cukup optimis tentang masa depan pasar saham dan ekonomi.

Dia ngasih empat prediksi waktu bicara di konferensi teknologi di Italia minggu ini. Beberapa hal yang dia waspadai adalah penurunan harga saham dan banyak perusahaan yang bakal rugi dari perdagangan AI.

Pimpinan tertinggi Goldman Sachs ini merasa pasar akan baik-baik saja, meski ada beberapa hal yang perlu diingat. David Solomon nada bicaranya positif saat bahas saham dan ekonomi AS di Italian Tech Week. Walaupun lihat beberapa risiko, dia bilang secara umum dia tidak khawatir tentang kondisi pasar.

"Aku tidur nyenyak dan tidak pergi tidur setiap malem sambil khawatir apa yang akan terjadi besok," kata Solomon.

Tapi, meski pandangan jangka panjangnya optimis, investor harus aware sama beberapa risiko di depan.

Ini dia empat prediksi Solomon tentang masa depan pasar dan ekonomi:

  1. Pasar Saham Akan Alami Penurunan
    Biasanya, pasar saham sudah naik duluan sebelum potensinya tercapai ketika ada teknologi baru yang bikin orang semangat, kata Solomon. Dia bilang, kayaknya itu yang terjadi sekarang. Indeks S&P 500 udah naik 15% dari awal tahun.

    "Aku tidak akan terkejut kalau dalam 12 sampai 24 bulan ke depan, kita lihat penurunan di pasar saham. Tapi itu wajar mengingat kenaikan yang sudah terjadi," ujarnya. Solomon tidak tau persis kapan dan berapa banyak pasar akan turun.

  2. Banyak Perusahaan AI yang Akan Rugi
    Solomon kasih contoh masa booming internet dulu. Hanya sedikit perusahaan, seperti Amazon, yang terus sukses. Banyak perusahaan lain yang dulu naik daun, pelan-pelan hilang.

    "Aku jamin, di akhir semuanya, akan ada beberapa pemenang dan banyak yang kalah. Akan ada modal yang dikeluarkan dan untung besar, dan banyak juga modal yang dikeluarkan tapi tidak untung," katanya.

  3. Ekonomi Akan Lebih Kuat di 2026
    Solomon perkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat di 2026. Dia sebutkan beberapa hal yang bakal bantu, seperti stimulus fiskal yang agresif, pengeluaran untuk infrastruktur, dan pengeluaran modal yang sangat besar. Hal-hal ini bisa lebih kuat daripada hambatan seperti dampak tarif Trump.

    Ekonomi tumbuh 3,8% di kuartal kedua. Solomon prediksi pertumbuhan GDP ke depan mungkin tetap di bawah 2%, sedikit lebih rendah dari biasanya, tapi masih menunjukkan ekonomi dalam kondisi cukup baik.

    "Tapi, dua hal yang harus diperhatikan: tenaga kerja dan inflasi," tambahnya, sambil merujuk pada kondisi lapangan kerja yang lemah dan dampak inflasi dari tarif.

  4. Tahun 2026 Jadi Tahun Besar untuk M&A
    Solomon juga perkirakan tahun 2026 akan jadi tahun yang besar lagi untuk pembuatan kesepakatan bisnis. Ini karena peraturan yang lebih longgar dan para pemimpin perusahaan yang ingin meningkatkan daya saing.

    Nilai merger dan akuisisi naik 29% pada tahun 2025. Bank Goldman Sachs perkirakan jumlah kesepakatan akan naik 15% lagi tahun depan.

MEMBACA  Pemerintah Menyiapkan Kebijakan untuk Melindungi Pengemudi Ojek Online