Mira Murati, Jenius Teknologi 36 Tahun yang Bersinar di OpenAI Kini Pimpin Startup Incaran Mark Zuckerberg

Mungkin namanya tidak setenar eksekutif teknologi lain seperti Tim Cook, Bill Gates, atau Mark Zuckerberg—setidaknya belum. Tapi, Mira Murati adalah salah satu pengusaha yang paling di perhatikan di Silicon Valley. Dia sebelumnya adalah Chief Technology Officer di OpenAI, yang keluar untuk meluncurkan startup AI-nya sendiri tahun lalu. Perusahaannya, Thinking Machines Lab, baru saja merilis produk pertamanya minggu ini, bernama Tinker.

Berbeda dengan chatbot AI generatif lainnya seperti ChatGPT, Tinker dirancang untuk membantu peneliti dan developer menyempurnakan model AI tanpa perlu mengelola infrastruktur komputasi yang besar. Peluncuran ini adalah produk komersil pertama dari Thinking Machines, yang mendapat pendanaan awal sebesar $2 miliar.

Murati, seorang insinyur keturunan Albania-Amerika berusia 36 tahun, telah menjadi figur penting dalam perkembangan AI. Perjalanannya dari mahasiswa teknik mesin menjadi CTO yang membantu menciptakan ChatGPT menunjukkan transformasi cepat dalam teknologi AI dan karir orang-orang di baliknya. Kemampuannya untuk menolak tawaran rekruitmen agresif dari Mark Zuckerberg bahkan tawaran miliaran dollar untuk membeli perusahaannya, semakin mengukuhkan reputasinya sebagai pemimpin yang berani menentukan jalannya sendiri di industri yang didominasi raksasa teknologi.

Dari Albania ke Panggung Dunia

Lahir pada 16 Desember 1988 di Vlorë, Albania, masa kecil Murati dibentuk oleh gejolak politik dan ketidakpastian ekonomi. Orang tuanya, yang berdua guru sastra, mendukung pendidikannya. Murati punya ketertarikan alami pada matematika dan sains, di mana dia unggul dalam berbagai olimpiade.

Di usia 16 tahun, Murati mendapatkan beasiswa dari United World Colleges untuk belajar di Pearson College di British Columbia. Setelah lulus, dia mengambil jalur akademik yang unik dengan menyelesaikan dua gelar sekaligus: satu di Matematika dari Colby College dan satu lagi di Teknik Mesin dari Dartmouth College. Kombinasi ilmu seni liberal dan teknik ini memberikannya keahlian berpikir analitis dan teknis yang berguna untuk karirnya di Silicon Valley.

MEMBACA  Daftar Irjen Polisi yang Termasuk dalam Mutasi POLRI Juni 2025

Perjalanan profesionalnya dimulai dengan magang di Goldman Sachs di Tokyo, kemudian bekerja sebentar di Zodiac Aerospace. Dia lalu bergabung dengan Tesla sebagai manajer produk senior untuk program Model X. Pada 2016, dia pindah ke Leap Motion, sebuah startup augmented reality, sebagai wakil presiden produk dan teknik. Posisi ini membawanya ke fase berikutnya dalam pengembangan AI.

Masa di OpenAI

Murati bergabung dengan OpenAI pada Juni 2018. Dia dengan cepat naik jabatan, menjadi Wakil Presiden Senior, dan akhirnya diangkat menjadi Chief Technology Officer pada 2022.

Sebagai CTO, Murati mengawasi pengembangan teknologi AI yang sangat transformatif, seperti ChatGPT, DALL-E, Codex, dan Sora. Kepemimpinannya sangat penting untuk mengembangkan OpenAI dari organisasi riset menjadi salah satu perusahaan AI terpenting di dunia.

Pada November 2023, Murati sempat menjadi pusat perhatian ketika dia diangkat sebagai CEO sementara setelah Sam Altman dipecat dewan OpenAI. Masa jabatannya hanya bertahan tiga hari sebelum akhirnya Altman dikembalikan, tapi peristiwa ini menunjukkan posisinya yang penting dalam organisasi dan industri.

Pengakuan dan Kontroversi

Pengaruh Murati diakui oleh industri teknologi. Dia masuk dalam daftar "100 Wanita Paling Berpengaruh di Bisnis" Fortune dan "100 Orang Paling Berpengaruh di AI" Time. Pada Juni 2024, Dartmouth College memberikannya gelar Doctor of Science kehormatan.

Namun, masa jabatannya di OpenAI tidak lepas dari kontroversi. Dalam sebuah acara berbicara, komentar Murati tentang dampak AI pada pekerjaan kreatif menimbulkan banyak kritik. Dia bilang, "Beberapa pekerjaan kreatif mungkin akan hilang, tapi mungkin seharusnya pekerjaan itu tidak ada dari awal." Kritikus, termasuk dari mahasiswa Dartmouth sendiri, menuduhnya tidak peka terhadap kekhawatiran seniman dan penulis yang mata pencahariannya terancam oleh otomasi AI.

MEMBACA  Saham Eropa turun akibat kerugian properti dan teknologi menurut Reuters

Meskipun ada kontroversi, Murati selalu mendukung pengembangan AI yang bertanggung jawab dan peraturan dari pemerintah. Dalam sebuah wawancara dengan Time Magazine tahun 2023, dia berkata bahwa penting bagi perusahaannya untuk membawa AI ke kesadaran publik dengan cara yang terkontrol. Tapi dia akui bahwa mereka hanya segelintir orang dan butuh banyak masukan, termasuk dari pemerintah dan regulator.

Membangun Thinking Machines Lab

Pada September 2024, Murati mengumumkan dia keluar dari OpenAI untuk mengejar eksplorasi sendiri. Dia menulis pesan perpisahan untuk rekan-rekannya di X. Dia bilang, meskipun tidak ada waktu yang ideal untuk pergi, saat ini terasa tepat. Dia juga berterima kasih atas kesempatan bekerja dengan tim yang hebat.

Beberapa bulan kemudian, pada Februari tahun ini, Murati secara resmi meluncurkan Thinking Machines Lab. Perusahaan ini fokus pada pengembangan sistem AI yang lebih mudah diakses, bisa disesuaikan, dan selaras dengan manusia. Startup ini berhasil merekrut sekitar 30 peneliti dan insinyur dari perusahaan AI ternama, seperti OpenAI, Google, Meta, Mistral, dan Character AI. Karena keahlian tim dan rekam jejak Murati, perusahaan ini berhasil mengumpulkan dana awal $2 miliar dan mendapat nilai perusahaan $12 miliar.

Melawan Raksasa Silicon Valley

Kepemimpinan Murati benar-benar diuji ketika CEO Meta, Mark Zuckerberg, melancarkan apa yang disebut "serangan besar-besaran" untuk merekrut karyawan startup-nya. Zuckerberg dikabarkan menawarkan paket gaji yang sangat besar, dari $200 juta sampai $1,5 miliar, kepada lebih dari selusin karyawan. Salah satu peneliti bahkan ditawari lebih dari $1 miliar. Tapi, tidak satu pun karyawan yang menerima tawaran dari Meta. Ini menunjukkan kesetiaan yang luar biasa di industri di mana orang sering pindah kerja demi uang.

MEMBACA  Kebiasaan Membaca yang Membekali Eksekutif di Era Kecerdasan Buatan

Penolakan ini berbicara tentang kepemimpinan Murati dan keyakinan tim pada misi Thinking Machines Lab. Seperti yang dikatakan Murati, mereka percaya AI harus melayani sebagai perpanjangan dari keagenan individu dan didistribusikan seluas mungkin.

Masa Sekarang Murati dan Masa Depan AI

Dengan peluncuran Tinker, Thinking Machines Lab percaya bahwa masa depan AI bukanlah membangun model yang semakin besar, tetapi mendemokratisasi akses ke kemampuan canggih melalui alat fine-tuning. Platform ini memungkinkan pengguna menyesuaikan model AI seperti Llama milik Meta dan Qwen milik Alibaba hanya dengan beberapa baris kode.

Murati mengatakan kepada Wired bahwa mereka percaya Tinker akan membantu memberdayakan peneliti dan pengembang. Perusahaan ini berencana merilis temuan ilmiah tambahan untuk membantu komunitas penelitian memahami sistem AI terdepan.

Seiring industri AI terus berkembang dengan cepat, pendekatan Murati menawarkan alternatif yang menarik. Apakah Thinking Machines Lab bisa mempertahankan independensinya sambil mengembangkan teknologi dan pengaruhnya, masih harus dilihat. Tapi rekam jejak Murati menunjukkan dia membangun sesuatu yang dirancang untuk bertahan. Wah, aku sangat suka sekali ikan ini! Bentuknya unik dan perawatannya juga tidak susah-susah banget.

Mereka bisa tumbuh sampai besar loh, panjangnya bisa sampai 30 cm. Karena itu, mereka butuh tangki yang lumayan luas untuk berenang dengan nyaman.

Untuk makanannya, mereka suka banget makan cacing beku, udang, dan pelet yang biasa aja. Tempat tinggal mereka di akuarium sebaiknya ada banyak tanaman dan tempat sembunyi, biar mereka nggak gampang stres.